Friday, July 25, 2008

Vaksin Tembakau Berpotensi Sembuhkan Kanker


Obat ini dibuat dengan menggunakan pendekatan baru yang mengubah secara genetika
tanaman tembakau.
http://www.republika.co.id/

Siapa sangka tanaman tembakau yang biasanya dijadikan bahan dasar rokok, sang
penyebab kanker, ternyata berpotensi dimanfaatkan untuk membuat vaksin kanker
tertentu bagi orang yang menderita jenis lymphoma kronis. Lymphoma adalah
sejenis kanker yang melibatkan sel-sel sistem kekebalan.


Obat dari tembakau itu akan menyusun reaksi kekebalan pasien untuk memerangi
sel-sel tumor mereka sendiri. Obat ini dibuat dengan menggunakan pendekatan baru
yang mengubah secara genetika tanaman tembakau yang direkayasa menjadi 'pabrik'
vaksin tertentu.

''Ini untuk pertama kali, sejenis tanaman telah digunakan untuk menghasilkan
protein yang disuntikkan pada manusia,'' ujar Ron Levy dari Stanford University
School of Medicina di California, Amerika Serikat (AS), seperti dilansir kantor
berita AFP, Senin (21/7).

Penelitian Levy ini telah diterbitkan di edisi terbaru jurnal Proceedings of
the National Academy of Sciences. Tim Levy menguji vaksin itu pada 16 pasien
yang baru-baru ini didiagnosis menderita lymphoma follicular B-cell, yakni
penyakit kronis yang tak dapat diobati. ''Ini akan menjadi cara mengobati kanker
tanpa dampak negatif,'' jelasnya.

Menurut studi tersebut, tak seorang pasien pun mengalami dampak berlebihan dan
sekitar 70 persen pasien mengembangkan reaksi kekebalan. Meskipun peneliti belum
memastikan apakah reaksi kekebalan tersebut cukup untuk menghancurkan kanker,
para peneliti itu berharap teknik tersebut suatu hari dapat mengarah kepada
pengobatan setidaknya beberapa jenis penyakit mematikan itu. ''Setiap pasien
lymphoma memilki sasaran pada sel tumor mereka, tapi masing-masing tumor pasien
memiliki versi sasaran yang berbeda,'' cetus Levy.

Studi dilakukan para peneliti dengan menggurat daun tembakau dengan virus yang
dibalut gen untuk menulari tanaman tersebut. Selanjutnya, daun itu menghasilkan
protein antibodi yang juga terlihat di dalam tumor pasien. Daun itu dipetik
beberapa hari kemudian dan ditumbuk jadi bubuk hijau. Lalu, dari daun itu,
antibodi diambil dan dijernihkan.

''Bahan itu kemudian disuntikkan kembali ke tubuh pasien. Teknologi ini khusus
karena cepat dan sangat cocok bagi pendekatan tertentu karena masing-masin
tanaman dapat membuat vaksin manusia yang berbeda,'' jelasnya.

Levy menegaskan, ini adalah kali pertama vaksin kanker dari tanaman dan telah
diujicoba pada manusia. Selama ini, para peneliti beranggapan, vaksin yang
berasal dari tanaman memiliki sejumlah keunggulan. Vaksin tersebut dapat
dikembangkan jauh lebih cepat dan jauh lebih murah.

Vaksin itu tak berisi risiko infeksi seandainya sel-sel hewan tercemar. Antibodi
yang dihasilkan pun dapat menimbulkan reaksi kekebalan yang lebih kuat
dibandingkan dengan yang dikembangkan pada sel-sel hewan.

Penelitian Levy tentu bukan yang pertama. Sebelumnya, tahun 2007 lalu,
antikanker dari tembakau pernah diungkapkan peneliti dari Pusat Penelitian
Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Arief Budi Witarto.
Arief bahkan terpilih sebagai penerima penghargaan Fraunhofer-DAAD-Award 2007
dari Jerman untuk riset tentang tembakau molecular farming.

Pada dasarnya Arief mencoba untuk menghasilkan protein pencetus (Growth Colony
Stimulating Factor (GCSF)) dengan menggunakan tanaman tembakau (Nicotiana spp
L). Tembakau yang diambilnya adalah tembakau lokal dari varietas yang paling
sesuai, yaitu genjah kenongo, dari total 18 varietas lokal yang ditelitinya.

Daun tembakau yang biasanya untuk roduksi rokok, kini ia manfaatkan sebagai
reaktor penghasil protein GCSF, suatu hormon yang sangat penting dalam
menstimulasi produksi darah. Arief menyatakan bahwa protein dibuat oleh DNA
dalam tubuh. Jika DNA dalam tubuh dipindahkan ke tembakau melalui bakteri,
begitu masuk, tumbuhan ini akan mampu membuat protein sesuai DNA yang telah
dimasukkan tersebut. Kemudian, jika tumbuhan itu dipanen, maka kita dapatkan
protein-nya.

Protein inilah yang bisa dipakai sebagai protein antikanker. Selain untuk
protein antikanker, GSCF bisa juga untuk menstimulasi perbanyakan sel induk
(stem cell) yang bisa dikembangkan untuk memulihkan jaringan fungsi tubuh
yang sudah rusak. eye(-)

No comments:

Tiga Tahun Lagi, Indonesia Yakin Lepas dari Impor Sapi

Jumat, 8 Januari 2016 Program sapi unggulan berhasil dikembangkan. VIVA.co.id - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerjasa...