Penulis : Akhmad Safuan
Antara/Seno Soegondo
PATI--MI: Kelompok tani Tani Rukun di Dusun Cepoko, Desa Nagel, Kecamatan Dukuh Sekti, Kabupaten Pati, Jawa Tengah temukan metode baru penanaman padi berhasil menghasilkan panenan mencapai 16 - 17 ton/hektare diatas rata-rata 6 - 7 ton/hektare gabah kering giling.
Ketua Serikat Petani Pati Mohammad Farid Makruf sebagai pembina kelompok tani tersebut mengatakan hasil penan ujicoba metode baru bidang pertanian ini sangat mengejutkan, selain hasil panen jauh di atas rata-rata panen pada umumnya, juga terjadi penghematan pengeluaran (modal) hingga 30 - 40 persen dari kebiasaan petani di Indonesia.
Metode baru bidang pertanian ini, demikian Farid, merupakan upaya dilakukan kelompok tani Tani Rukun, Pati dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan nasional, dimana pada tahun 2020 mendatang sesuai bertumbuhan penduduk Indonesia paling tidak dengan luas lahan yang ada sekarang ini harus bisa menghasilkan 15 ton/hektare.
"Saya melakukan penelitian dan menimba ilmu dari berbagai pakar pertanian di Bogor, Bandung, Yogyakarta dan bahkan luar Jawa selama empat tahun untuk dapat menghasilkan produksi gabah yang cukup baik ini," kata farid.
Ditanya tentang metode dan penghematan yang dilakukan, menurut Farid ternyata sangat sederhana yaitu selain sistem pengolahan lahan dari mulai pencangkulan yang berbeda dengan penggunaan traktor dan juga sistem penanaman yang dilakukan seperti pada umumnya berjarak maksimum 20 cm tetapi kini direnggangkan menjadi 23 0 40 cm/padi dengan jumlah tanaman hanya 1 - 2 batang saja.
Demikian dalam pemanfaatan pupuk kandang dan kencing sapi dilakukan, ujar Farid, namun penggunaan pupuk urea tetap dilakukan meskipun dalam jumlah yang jauh dikurangi, yaitu dari kebiasaan petani menggunakan 250 kg/Ha menjadi 150 kg/hektare. "Sedangkan pengusir hama atau pengganggu tanaman, kita menggunakan empon-empon dan bumbu dapur seperti laos, jahe, kunyit, bawang," tambahnya.
Pada uji coba pertama ini sebanyak 22 Hektare sawah yang ada di dusun Cepoko, demikian farid, satu hektare dilakukan dengan metode baru dan pengawasan ketat dan menghasilkana panenan sebanyak 17,5 ton, sedangkan 21 hektare lainnya hanya menggunakan setengah metode dan pengawasan standar menghasilkan 8 - 10 ton/hektare. (AS/OL-02)
Sumber :
Senin, 09 November 2009 12:34 WIB
http://www.mediaindonesia.com/
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Tiga Tahun Lagi, Indonesia Yakin Lepas dari Impor Sapi
Jumat, 8 Januari 2016 Program sapi unggulan berhasil dikembangkan. VIVA.co.id - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerjasa...
-
Minggu, 6 Desember 2015 11:29 WIB | 7.064 Views Buah persik. (Pixabay/Hans) Kunming (ANTARA News) - Penelitian fosil biji persik men...
-
MEDAN, JUMAT - Peneliti Universitas Sumatera Utara, Basuki Wirjosentono, mengenalkan plastik ramah berbahan hasil samping minyak sawit menta...
-
Oleh Cardiyan HIS Kalah dalam kuantiti publikasi di jurnal tetapi menang dalam kualiti publikasi. Tanya kenapa? Karena ITB yang merupakan re...
No comments:
Post a Comment