Yogyakarta (ANTARA News) - Mantan Presiden BJ Habibie mengatakan, sinergi antara budaya dan ilmu pengetahuan dan teknologi penting untuk menciptakan sumber daya manusia Indonesia yang unggul.
"Sumber daya manusia yang mempunyai iman dan taqwa harus serentak menguasai, mendalami, dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)," katanya dalam orasi budaya menyambut Milad Ke-30 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), di Yogyakarta, Sabtu.
Menurut dia dalam orasinya berjudul "Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Rangka Mengatasi Kemiskinan dan Persaingan Global", untuk menghasilkan manusia yang unggul harus mensinergikan pendidikan dan kebudayaan.
"Seseorang tidak cukup beragama atau berbudaya saja, karena hanya akan menjadi orang yang baik. Sebaliknya, tidak cukup pula seseorang mendalami ilmu pengetahuan saja, karena hanya akan menjadikannya sosok yang menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan," katanya.
Ia mengatakan, selain berperilaku baik, sumber daya manusia unggul harus juga bisa menguasai ilmu, sehingga meningkatkan kualitas hidup di sekitarnya. Jika tidak memiliki keterampilan atau uang, maka tidak bisa memberi nilai tambah dan tidak bisa melakukan apa-apa.
"Muhammadiyah selama ini telah sukses mensinergikan budaya dan iptek, sehingga berhasil menciptakan tokoh-tokoh nasional yang kritis," kata mantan Wakil Presiden (Wapres) itu.
Menurut dia, meskipun bukan almamater Muhammadiyah, dirinya bersyukur organisasi keagamaan itu telah menghasilkan tokoh-tokoh yang kritis. Tokoh-tokoh seperti itu seharusnya jangan dimusuhi.
Selain itu, manusia unggul harus mempunyai rasa cinta terhadap segala hal, termasuk pekerjaan. Cinta yang sesungguhnya itu memiliki lima karakteristik, yakni murni, suci, sejati, sempurna, dan abadi.
"Saya bisa menjadi seperti ini, karena menikmati penuh proses cinta," kata mantan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) itu.
(B015*H010/B010)
Editor: Bambang
COPYRIGHT © 2011
Sumber : www.antaranews.com
Wednesday, February 23, 2011
Gunakan Bakteri Lokal Untuk Kembangkan Industri Enzim
Jakarta (ANTARA News) - Peraih penghargaan ITSF (Indonesia Toray Science Foundation) Dr rer Nat Catur Riani meneliti siklodekstrin menggunakan strain bakteri lokal Indonesia untuk membantu pengembangan industri enzim dalam negeri.
"Siklodekstrin banyak digunakan di industri farmasi, kosmetik, pangan dan penanganan lingkungan dan nilai komersialnya tinggi. Namun sayangnya masih diimpor dari luar negeri," kata Catur Riani di Jakarta, Jumat, yang telah memaparkan makalahnya untuk meraih hibah yang dikhususkan bagi pengembangan iptek tersebut.
Karena itu, dosen ITB yang membawakan proposal "Aktivitas Siklodekstrin Glikosiltransferase Basillus Alkalofilik Strain Indonesia" itu mencoba mencari strain lokalnya dan bisa dikembangkan untuk industri dalam negeri.
"Untuk itu beberapa strain bakteri telah diskrining di laboratorium kami dan satu strain Bacillus yang bersifat basa atau alkalofilik (LT1B) menunjukkan aktivitas CGTase (Siklodekstrin glikosiltransferase) pada media seleksi," kata pakar mikrobiologi tersebut.
Di Industri pangan, siklodekstrin digunakan sebagai bahan enkapsulasi untuk beberapa bahan yang beraroma, sebagai penstabil emulsi, pewarna alami, dan mengurangi kadar kolesterol, di industri kosmetika digunakan untuk meningkatkan stabilitas parfum sehingga tahan lama.
Di industri farmasi siklodekstrin digunakan sebagai bahan pengkomplek dengan vitamin A, E dan K agar stabil terhadap oksidasi dan digunakan untuk memodifikasi aktivitas kimiawi suatu molekul dengan proteksi suatu gugus tertentu, serta mengurangi efek toksisitas suatu senyawa.
Menurut dia, hibah ITSF sebesar Rp44,19 juta tersebut akan dialokasikan untuk penelitiannya mengidentifikasi spesies Bacillus LT1B barunya dan menskriningnya dengan menggunakan metode molekular.
Ia juga akan mengkarakterisasi aktivitas CGTasenya yang meliputi aspek spesifisitas, dan kapasitasnya memroduksi siklodekstrin, sumber karbon yang sesuai dan stabilitas CGTase yang dihasilkan pada pH dan suhu tertentu.
"Pengetahuan tentang Siklodekstrin memberi tantangan untuk upaya memberikan strain bakteri yang memiliki aktivitas CGTase dengan karakteristik yang sesuai untuk skala industri," ujarnya.
CGTase dapat mengatalisis tiga jenis reaksi, yaitu transglikolisasi intramolekular (siklisasi), transglikolisasi intermolekular dan hidrolisis pati. (D009/Z002/K004)
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © 2011
Sumber : www.antaranews.com
"Siklodekstrin banyak digunakan di industri farmasi, kosmetik, pangan dan penanganan lingkungan dan nilai komersialnya tinggi. Namun sayangnya masih diimpor dari luar negeri," kata Catur Riani di Jakarta, Jumat, yang telah memaparkan makalahnya untuk meraih hibah yang dikhususkan bagi pengembangan iptek tersebut.
Karena itu, dosen ITB yang membawakan proposal "Aktivitas Siklodekstrin Glikosiltransferase Basillus Alkalofilik Strain Indonesia" itu mencoba mencari strain lokalnya dan bisa dikembangkan untuk industri dalam negeri.
"Untuk itu beberapa strain bakteri telah diskrining di laboratorium kami dan satu strain Bacillus yang bersifat basa atau alkalofilik (LT1B) menunjukkan aktivitas CGTase (Siklodekstrin glikosiltransferase) pada media seleksi," kata pakar mikrobiologi tersebut.
Di Industri pangan, siklodekstrin digunakan sebagai bahan enkapsulasi untuk beberapa bahan yang beraroma, sebagai penstabil emulsi, pewarna alami, dan mengurangi kadar kolesterol, di industri kosmetika digunakan untuk meningkatkan stabilitas parfum sehingga tahan lama.
Di industri farmasi siklodekstrin digunakan sebagai bahan pengkomplek dengan vitamin A, E dan K agar stabil terhadap oksidasi dan digunakan untuk memodifikasi aktivitas kimiawi suatu molekul dengan proteksi suatu gugus tertentu, serta mengurangi efek toksisitas suatu senyawa.
Menurut dia, hibah ITSF sebesar Rp44,19 juta tersebut akan dialokasikan untuk penelitiannya mengidentifikasi spesies Bacillus LT1B barunya dan menskriningnya dengan menggunakan metode molekular.
Ia juga akan mengkarakterisasi aktivitas CGTasenya yang meliputi aspek spesifisitas, dan kapasitasnya memroduksi siklodekstrin, sumber karbon yang sesuai dan stabilitas CGTase yang dihasilkan pada pH dan suhu tertentu.
"Pengetahuan tentang Siklodekstrin memberi tantangan untuk upaya memberikan strain bakteri yang memiliki aktivitas CGTase dengan karakteristik yang sesuai untuk skala industri," ujarnya.
CGTase dapat mengatalisis tiga jenis reaksi, yaitu transglikolisasi intramolekular (siklisasi), transglikolisasi intermolekular dan hidrolisis pati. (D009/Z002/K004)
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © 2011
Sumber : www.antaranews.com
Metanolisis Ubah Limbah Pabrik Sawit Jadi Biodiesel
Jakarta (ANTARA News) - Proses metanolisis menggunakan katalis asam dan basa mampu mengubah limbah pabrik minyak goreng sawit menjadi biodiesel sesuai standar spesifikasi solar Pertamina.
Limbah atau hasil samping dari pabrik minyak goreng sawit yaitu "Palm Fatty Acid Distillate" (PFAD) atau biasa disebut Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (DALMS) selama ini belum dimanfaatkan, kata Kepala Balai Besar Teknologi Energi BPPT Dr Soni Solistia Wirawan di Jakarta, Jumat .
Nilai ekonomi PFAD yang rendah ini, menurut dia, bisa ditingkatkan menjadi sumber bahan bakar nabati pengganti solar yakni biodiesel (metil ester) apalagi saat ini harga minyak dunia terus melonjak mendekati 100 dolar AS per barel.
Proses pembuatannya menggunakan proses metanolisis dua tahap yaitu proses esterifikasi dengan katalis asam H2SO4 dan proses transesterifikasi dengan katalis basa yaitu NaOH serta serangkaian proses pencucian dengan air panas secara bertingkat, ujarnya.
Soni menjelaskan PFAD tersusun atas asam lemak bebas yang tinggi, sisa dari pengolahan minyak sawit mentah (CPO) dari pabrik minyak goreng, dengan susunan kimia yakni asam palmitat, asam stearat, dan asam oleat.
Bentuknya yang padat pada suhu ruangan, ujarnya, menyulitkan pemanfaatannya sebagai biodiesel dengan cara konvensional.
Balai Besar Teknologi Energi telah melakukan riset untuk pemanfaatan limbah ini menjadi biodiesel dengan optimasi proses, perbandingan pereaksi dan katalis kemudian melakukan pembuatan biodiesel dari PFAD pada skala laboratorium hingga menguji karakteristiknya dan memaparkannya dalam tabel.
Katalis asam H2SO4 dipilih karena harganya lebih murah, memiliki reaktivitas yang baik, mudah dicuci, dan memiliki tingkat korosivitas yang rendah sedangkan katalis basa dipilih NaOH karena murah, tersedia dalam padatan, mudah larut dalam metanol dan air serta memiliki reaktivitas yang baik.
Dengan proses ini diperoleh biodiesel yang mengandung kadar asam lemak bebas yang tinggi serta berbentuk padat dengan kualitas yang memenuhi standar dan aman bagi mesin diesel, ujarnya.
Proses yang diteliti bersama sejumlah kolega peneliti tersebut sudah dipatenkan dan sudah dikembangkan menjadi pabrik biodiesel dengan kapasitas 100 ton biodiesel per hari, katanya.
(D009/B009/A038)Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT © 2011
Limbah atau hasil samping dari pabrik minyak goreng sawit yaitu "Palm Fatty Acid Distillate" (PFAD) atau biasa disebut Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (DALMS) selama ini belum dimanfaatkan, kata Kepala Balai Besar Teknologi Energi BPPT Dr Soni Solistia Wirawan di Jakarta, Jumat .
Nilai ekonomi PFAD yang rendah ini, menurut dia, bisa ditingkatkan menjadi sumber bahan bakar nabati pengganti solar yakni biodiesel (metil ester) apalagi saat ini harga minyak dunia terus melonjak mendekati 100 dolar AS per barel.
Proses pembuatannya menggunakan proses metanolisis dua tahap yaitu proses esterifikasi dengan katalis asam H2SO4 dan proses transesterifikasi dengan katalis basa yaitu NaOH serta serangkaian proses pencucian dengan air panas secara bertingkat, ujarnya.
Soni menjelaskan PFAD tersusun atas asam lemak bebas yang tinggi, sisa dari pengolahan minyak sawit mentah (CPO) dari pabrik minyak goreng, dengan susunan kimia yakni asam palmitat, asam stearat, dan asam oleat.
Bentuknya yang padat pada suhu ruangan, ujarnya, menyulitkan pemanfaatannya sebagai biodiesel dengan cara konvensional.
Balai Besar Teknologi Energi telah melakukan riset untuk pemanfaatan limbah ini menjadi biodiesel dengan optimasi proses, perbandingan pereaksi dan katalis kemudian melakukan pembuatan biodiesel dari PFAD pada skala laboratorium hingga menguji karakteristiknya dan memaparkannya dalam tabel.
Katalis asam H2SO4 dipilih karena harganya lebih murah, memiliki reaktivitas yang baik, mudah dicuci, dan memiliki tingkat korosivitas yang rendah sedangkan katalis basa dipilih NaOH karena murah, tersedia dalam padatan, mudah larut dalam metanol dan air serta memiliki reaktivitas yang baik.
Dengan proses ini diperoleh biodiesel yang mengandung kadar asam lemak bebas yang tinggi serta berbentuk padat dengan kualitas yang memenuhi standar dan aman bagi mesin diesel, ujarnya.
Proses yang diteliti bersama sejumlah kolega peneliti tersebut sudah dipatenkan dan sudah dikembangkan menjadi pabrik biodiesel dengan kapasitas 100 ton biodiesel per hari, katanya.
(D009/B009/A038)Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT © 2011
Sumber: www. antaranews.com
Subscribe to:
Posts (Atom)
Tiga Tahun Lagi, Indonesia Yakin Lepas dari Impor Sapi
Jumat, 8 Januari 2016 Program sapi unggulan berhasil dikembangkan. VIVA.co.id - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerjasa...
-
Minggu, 6 Desember 2015 11:29 WIB | 7.064 Views Buah persik. (Pixabay/Hans) Kunming (ANTARA News) - Penelitian fosil biji persik men...
-
MEDAN, JUMAT - Peneliti Universitas Sumatera Utara, Basuki Wirjosentono, mengenalkan plastik ramah berbahan hasil samping minyak sawit menta...
-
Oleh Cardiyan HIS Kalah dalam kuantiti publikasi di jurnal tetapi menang dalam kualiti publikasi. Tanya kenapa? Karena ITB yang merupakan re...