The SEAMEO BIOTROP is one of the 15 centers under Southeast Asian Ministers of Education Organization based in Indonesia whose mission is to support biodiversity conversation and to support sustainable development. To this end, the organization is accepting research proposals for funding of up to IDR 40 million/proposal or US$ 15,000/proposal. Proposals from Indonesian lecturers, researchers or PhD students in the areas of: 1) biofuel, 2) biodiversity conversation and sustainable development, and 3) biotechnology are accepted.
The deadline for submission is January 19, 2008 and can be submitted by email to research@biotrop.org. More details available at http://www.biotrop.org/files/Research%202008.pdf.
Friday, December 28, 2007
Wednesday, December 12, 2007
Science Day FMIPA UI
Dalam rangka memperingati Dies Natalis FMIPA UI, untuk kedua kalinya FMIPA mengadakan Science Day yang merupakan ajang komunikasi kemajuan riset di FMIPA UI. Science Day berisi presentasi riset oleh staf dosen, pemberian apresiasi ilmiah Pimpinan FMIPA UI kepada staf dosen FMIPA UI yang berhasil dalam publikasi hasil penelitian di jurnal nasional dan internasional, serta sosialisasi terbentuknya 2 Center of Excellence (CoE), yaitu dalam bidang Nano Science and Technology (NST) dan CoE Indigenous Biological Resources (IBR)-Genome Studies di FMIPA UI. FMIPA UI mengundang para pakar dari dalam dan Luar Negeri yang kompeten: Prof. Antonius Suwanto (IPB); Prof. Dr. Yateman Aryanto (UGM); Prof. Dieter Trau (NUS Singapore), dan Prof. Morakot Tanticharoen (Director of BIOTEC, Thailand).
Acara ini terbuka bagi Mahasiswa, peneliti dari institusi riset, universitas dan swasta.Untuk Pendaftaran ke Sekretariat selambat-lambatnya tgl. 15 Desember 2007. Informasi selanjutnya dapat di lihat melalui website www.ns.ui.edu
.
Acara ini terbuka bagi Mahasiswa, peneliti dari institusi riset, universitas dan swasta.Untuk Pendaftaran ke Sekretariat selambat-lambatnya tgl. 15 Desember 2007. Informasi selanjutnya dapat di lihat melalui website www.ns.ui.edu
.
Yperite: Senjata kimia yang terlupakan
YPERITE
Yperite, mungkin kita sudah pernah mendengar senyawa satu ini. Senyawa yang sangat terkenal dalam perang dunia I yang digunakan oleh tentara Jerman dalam menghadapi perancis. Istilah Yperite itu sendiri di ambil dari nama sebuah kota didaerah Belgia, Yper, yang terkenal karena menjadi salah satu pusat pertempuran perang dunia I, dan penggunaan senyawa ini menjadi lazin pada kala itu.
Yperite, bis(2-chloroethyl) sulfide) atau dikenal dengan Gas Mustard, adalah suatu senyawa berupa gas, tidak berbau, sangat racun, dan dapat menimbulkan iritasi kepada kulit dan jaringan tubuh lain dalam beberapa jam setelah terkena gas ini. Senyawa ini bersifat mematikan serta telah digunakan dalam perang sebagai senjata kimia dalam mengalahkan musuh, salah satunya pada saat perang antara Amerika dibantu sekutu-sekutunya melawan Irak. Pada tahun 1993, telah diputuskan bahwa mustard gas harus dihancurkan dan dilarang digunakan dalam peperangan. Celakanya, sampai saat ini, beberapa negara besar seperti Amerika dan Rusia masih menyimpan stok senjata kimia berbahaya ini dalam volume yang cukup besar.
ILMUWAN CEKO DAN PATEN DEGRADASI YPERITE
Prof. Jiri Damborsky dan tim dari Loschmidt Laboratories, Masaryk University, Brno, Republik Ceko, telah mengembangkan metode dalam degradasi senyawa Yperite ini. Dengan menggunakan suatu biokatalis yang berupa enzim, Yperite bisa didegradasi dalam bentuk thioglycol yang tidak toxic. Proyek pengembangan yang didukung NATO dan beberapa lembaga penelitian di Eropa telah mendapatkan sambutan positif dari berbagai kalangan (pemerintah, ilmuwan atau ekonom), dan enzim ini telah banyak dilirik oleh perusahaan enzim terkemuka untuk dijajaki kerjasama dalam produksi skala besar.
Rencana ke depan menjadikan dunia ini aman tanpa ada perang, dan tidak ada lagi penggunaan senjata kimia.
sumber : http://loschmidt. chemi.muni. cz/peg. [kutipan dari milis biotek]
Yperite, mungkin kita sudah pernah mendengar senyawa satu ini. Senyawa yang sangat terkenal dalam perang dunia I yang digunakan oleh tentara Jerman dalam menghadapi perancis. Istilah Yperite itu sendiri di ambil dari nama sebuah kota didaerah Belgia, Yper, yang terkenal karena menjadi salah satu pusat pertempuran perang dunia I, dan penggunaan senyawa ini menjadi lazin pada kala itu.
Yperite, bis(2-chloroethyl) sulfide) atau dikenal dengan Gas Mustard, adalah suatu senyawa berupa gas, tidak berbau, sangat racun, dan dapat menimbulkan iritasi kepada kulit dan jaringan tubuh lain dalam beberapa jam setelah terkena gas ini. Senyawa ini bersifat mematikan serta telah digunakan dalam perang sebagai senjata kimia dalam mengalahkan musuh, salah satunya pada saat perang antara Amerika dibantu sekutu-sekutunya melawan Irak. Pada tahun 1993, telah diputuskan bahwa mustard gas harus dihancurkan dan dilarang digunakan dalam peperangan. Celakanya, sampai saat ini, beberapa negara besar seperti Amerika dan Rusia masih menyimpan stok senjata kimia berbahaya ini dalam volume yang cukup besar.
ILMUWAN CEKO DAN PATEN DEGRADASI YPERITE
Prof. Jiri Damborsky dan tim dari Loschmidt Laboratories, Masaryk University, Brno, Republik Ceko, telah mengembangkan metode dalam degradasi senyawa Yperite ini. Dengan menggunakan suatu biokatalis yang berupa enzim, Yperite bisa didegradasi dalam bentuk thioglycol yang tidak toxic. Proyek pengembangan yang didukung NATO dan beberapa lembaga penelitian di Eropa telah mendapatkan sambutan positif dari berbagai kalangan (pemerintah, ilmuwan atau ekonom), dan enzim ini telah banyak dilirik oleh perusahaan enzim terkemuka untuk dijajaki kerjasama dalam produksi skala besar.
Rencana ke depan menjadikan dunia ini aman tanpa ada perang, dan tidak ada lagi penggunaan senjata kimia.
sumber : http://loschmidt. chemi.muni. cz/peg. [kutipan dari milis biotek]
lowongan kerja: bio-safety/bio-risk officer
Dibutuhkan Biorisk Officer di Stem Cell & Cancer Institute (SCI), yang bertugas untuk turut menyusun dan mengawasi pelaksanaan sistem, prosedur dan kebijakan yang terkait dengan biosafety dan biosecurity di Laboratorium SCI.
Syarat:
• Sarjana S1 Biologi/Bioteknologi/Kedokteran/Mikrobiologi/Farmasi
• IPK diutamakan min. 3
• Menyukai bidang riset
• Berkeinginan kuat untuk belajar
• Bersedia untuk ditraining sesuai bidang pekerjaan yang dijalankan
• Mampu bekerja dengan cepat, teliti dan terorganisir
• Dapat bekerja dengan baik secara individu maupun dalam tim
Lamaran beserta kelengkapannya seperti CV/Resume, ijazah, transkrip nilai, surat rekomendasi (apabila ada) dll. dikirimkan ke :
Stem Cell & Cancer Institute (SCI)
Jl. Jend. Ahmad Yani No. 2 Pulomas, Jakarta
13210
Phone : 021-47860173 Fax : 021-47860180
Email: sci@sci-indonesia.org
Url : www.sci-indonesia.org
.
Syarat:
• Sarjana S1 Biologi/Bioteknologi/Kedokteran/Mikrobiologi/Farmasi
• IPK diutamakan min. 3
• Menyukai bidang riset
• Berkeinginan kuat untuk belajar
• Bersedia untuk ditraining sesuai bidang pekerjaan yang dijalankan
• Mampu bekerja dengan cepat, teliti dan terorganisir
• Dapat bekerja dengan baik secara individu maupun dalam tim
Lamaran beserta kelengkapannya seperti CV/Resume, ijazah, transkrip nilai, surat rekomendasi (apabila ada) dll. dikirimkan ke :
Stem Cell & Cancer Institute (SCI)
Jl. Jend. Ahmad Yani No. 2 Pulomas, Jakarta
13210
Phone : 021-47860173 Fax : 021-47860180
Email: sci@sci-indonesia.org
Url : www.sci-indonesia.org
.
Thursday, November 29, 2007
PT SLH mencari Staf Kultur Jar Tumbuhan
PT. Sahabat Lingkungan Hidup (SLH-Labs), perusahaan swasta yang bergerak di bidang biofarmasi, makanan dan supplemen,. PT. Sahabat Lingkungan Hidup
(SLH-Labs), perusahaan swasta yang bergerak di bidang biofarmasi, makanan dan supplemen,serta obat2 alternatif dari bahan organic tumbuhan dan hewan yang berlokasi di Surabaya.
Perusahaan ini memerlukan Staf Kultur Jaringan Tumbuhan dengan criteria sbb:
1. Sarjana S1 atau magister (S2) bidang biologi
2. Kuat/sangat menguasai ilmu Biologi Sel, Mikrobiologi dan Kultur jaringan Tumbuhan
3. Menguasai bahasa Inggris secara aktif, dapat membaca dan menelaah paper/jurnal
berbahasa Inggris
Bagi yang memenuhi criteria tersebut diatas silahkan langsung mengirimkan lamaran ke:
pt. SAHABAT LINGKUNGAN HIDUP
u.p Mr. P. Sugita
JL. Embong Malang 80 Surabaya 60275 INDONESIA
TEL.: 62 (31 )534 0971 FAX.: 62 (31 ) 546 8479
Email : slhshark@indo. net.id
Rekrutmen staf ini sifatnya SANGAT SEGERA, diharapkan pelamar yang lolos seleksi dapat
mulai bekerja pada bl Desember 2007.[info dari milis biotek@yahoogroups.com]
(SLH-Labs), perusahaan swasta yang bergerak di bidang biofarmasi, makanan dan supplemen,serta obat2 alternatif dari bahan organic tumbuhan dan hewan yang berlokasi di Surabaya.
Perusahaan ini memerlukan Staf Kultur Jaringan Tumbuhan dengan criteria sbb:
1. Sarjana S1 atau magister (S2) bidang biologi
2. Kuat/sangat menguasai ilmu Biologi Sel, Mikrobiologi dan Kultur jaringan Tumbuhan
3. Menguasai bahasa Inggris secara aktif, dapat membaca dan menelaah paper/jurnal
berbahasa Inggris
Bagi yang memenuhi criteria tersebut diatas silahkan langsung mengirimkan lamaran ke:
pt. SAHABAT LINGKUNGAN HIDUP
u.p Mr. P. Sugita
JL. Embong Malang 80 Surabaya 60275 INDONESIA
TEL.: 62 (31 )534 0971 FAX.: 62 (31 ) 546 8479
Email : slhshark@indo. net.id
Rekrutmen staf ini sifatnya SANGAT SEGERA, diharapkan pelamar yang lolos seleksi dapat
mulai bekerja pada bl Desember 2007.[info dari milis biotek@yahoogroups.com]
Monday, October 29, 2007
LIPI SUSUN INDIKATOR BIOTEKNOLOGI
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) akan mengembangkan konsep indikator bioteknologi untuk memacu pertumbuhan bidang ilmu itu. Deddy Setiapermana, Kepala Pusat Penelitian Perkembangan Iptek (PAPPIPTEK) LIPI, menyatakan bahwa bioteknologi merupakan teknologi yang memiliki banyak kontribusi terhadap sektor prioritas, yaitu makanan dan kesehatan.
"Pada masa datang, bioteknologi diperkirakan bakal menjadi industri yang berkembang pesat," kata Deddy di Jakarta kemarin. "Mau tak mau negara seperti Indonesia akan bergerak dari industri padat karya menjadi teknologi intensif, seperti Jepang dan Korea Selatan."
Sampai saat ini, Deddy mengakui LIPI belum memiliki indikator pengembangan bioteknologi karena sejak 1990-an pengembangan indikator ilmu pengetahuan dan teknologi di Tanah Air mengalami pasang surut. Setelah sempat menelurkan indikator tersebut pada 1993, program ini sempat mandek. Tak ada pengambil kebijakan yang serius mengembangkan konsep itu sampai 2003. "Kami sempat mengalami masa vakum," katanya.
Diharapkan, pada akhir 2008, LIPI telah memiliki potret yang lebih baik tentang sektor bioteknologi. Indikator itu akan memberikan gambaran tentang kondisi industri, pasar, serta prioritas program bioteknologi di Indonesia sehingga mempermudah penentu kebijakan mengambil keputusan.
Peneliti PAPPIPTEK, Yan Rianto, mengatakan Indonesia memiliki potensi besar di bidang bioteknologi yang belum dieksplorasi. Dia menunjukkan bahwa kekayaan alam hayati Indonesia mencapai lebih dari 1 juta jenis tumbuhan, hewan, dan jasad renik. "Kekayaan sebesar itu baru 10 persen yang diteliti dan hanya 2,5 persen sudah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan," ujar Yan dalam seminar "Indikator Iptek Indonesia" di Widya Graha LIPI.
Yan menyatakan Indonesia mengalami ketertinggalan dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina. "Banyak data sektor bioteknologi yang kosong," ujarnya. "Itu kesulitan kami dalam mengumpulkan dan mengolah data karena tercecer di mana-mana dan tidak tersusun."
Sumber : Koran Tempo (13 September 2007)
"Pada masa datang, bioteknologi diperkirakan bakal menjadi industri yang berkembang pesat," kata Deddy di Jakarta kemarin. "Mau tak mau negara seperti Indonesia akan bergerak dari industri padat karya menjadi teknologi intensif, seperti Jepang dan Korea Selatan."
Sampai saat ini, Deddy mengakui LIPI belum memiliki indikator pengembangan bioteknologi karena sejak 1990-an pengembangan indikator ilmu pengetahuan dan teknologi di Tanah Air mengalami pasang surut. Setelah sempat menelurkan indikator tersebut pada 1993, program ini sempat mandek. Tak ada pengambil kebijakan yang serius mengembangkan konsep itu sampai 2003. "Kami sempat mengalami masa vakum," katanya.
Diharapkan, pada akhir 2008, LIPI telah memiliki potret yang lebih baik tentang sektor bioteknologi. Indikator itu akan memberikan gambaran tentang kondisi industri, pasar, serta prioritas program bioteknologi di Indonesia sehingga mempermudah penentu kebijakan mengambil keputusan.
Peneliti PAPPIPTEK, Yan Rianto, mengatakan Indonesia memiliki potensi besar di bidang bioteknologi yang belum dieksplorasi. Dia menunjukkan bahwa kekayaan alam hayati Indonesia mencapai lebih dari 1 juta jenis tumbuhan, hewan, dan jasad renik. "Kekayaan sebesar itu baru 10 persen yang diteliti dan hanya 2,5 persen sudah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan," ujar Yan dalam seminar "Indikator Iptek Indonesia" di Widya Graha LIPI.
Yan menyatakan Indonesia mengalami ketertinggalan dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina. "Banyak data sektor bioteknologi yang kosong," ujarnya. "Itu kesulitan kami dalam mengumpulkan dan mengolah data karena tercecer di mana-mana dan tidak tersusun."
Sumber : Koran Tempo (13 September 2007)
BIOTEKNOLOGI BERPELUANG : BISA BERSAING SECARA GLOBAL
Industri bioteknologi berpeluang paling besar untuk bersaing secara global karena Indonesia memiliki sumber daya genetik yang berlimpah। Hal ini ditekankan Iskandar Alisjahbana (76) saat menerima Penghargaan Sarwono Prawirohardjo dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Rabu (22/8).Industri bioteknologi berpeluang paling besar untuk bersaing secara global karena Indonesia memiliki sumber daya genetik yang berlimpah। Hal ini ditekankan Iskandar Alisjahbana (76) saat menerima Penghargaan Sarwono Prawirohardjo dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Rabu (22/8). Penghargaan ilmiah tertinggi dalam rangka peringatan 40 tahun Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) kepada Iskandar itu didasarkan atas prestasinya di bidang inovasi teknologi telekomunikasi. Iskandar sejak tahun 1968 merintis pengembangan teknologi satelit komunikasi. Ia berhasil membangun Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD) Palapa. Selain Iskandar, LIPI juga menganugerahkan penghargaan yang sama kepada Emil Salim (77) atas dasar prakarsa pelestarian lingkungan hidup dengan pembangunan berkelanjutan. Dalam pidatonya, Emil Salim menekankan peranan tokoh-tokoh LIPI, dimulai dari almarhum Sarwono Prawirohardjo sebagai Kepala LIPI pertama, kemudian Aprilani Sugiarto, Otto Soemarwoto, John A Katili, hingga Setiyarti Sastrapradja. Mereka berjasa memberikan berbagai pemahaman ekologi kepada Emil Salim. Iskandar mengatakan, "Saya menganjurkan supaya LIPI lebih banyak memusatkan perhatian pada kemungkinan dan kesempatan besar pada industri-industri bioteknologi baru yang dapat didirikan di Indonesia. Ini karena berlimpahnya genetic resource di Indonesia." Tidak boleh mengeluh Kepala LIPI Umar Anggara Jenie mengatakan, kalangan peneliti tidak boleh mengeluh akan adanya keterbatasan anggaran penelitian dari pemerintah. Pemecahan masalah ini harus terus dicari, di antaranya dengan mengembangkan kerja sama penelitian dengan pihak luar negeri. Pada kesempatan itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam orasi ilmiahnya menyampaikan, para peneliti dapat mengembangkan usaha dari hasil- hasil penelitian. "Saat ini masih sangat sulit untuk mendapatkan anggaran riset teknologi. Kebijakan pada politik anggaran masih dilarang untuk mengambil dana dari luar," kata Mulyani. Dia mengakui, anggaran riset LIPI tahun ini termasuk banyak yang dipotong pemerintah. Namun, keinginan untuk mewujudkan komunitas-komunitas ilmiah sudah terpenuhi sumber-sumbernya. Dia mengakui, anggaran riset LIPI tahun ini termasuk banyak yang dipotong pemerintah. Namun, keinginan untuk mewujudkan komunitas-komunitas ilmiah sudah terpenuhi sumber-sumbernya. Tidak boleh mengeluh Iskandar menegaskan, lembaga penelitian, seperti LIPI dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) serta perguruan tinggi, harus meninggalkan filsafat "menara gading". "Filsafat menara gading itu adalah melakukan penelitian demi penelitian saja, terpisah dari masyarakat. Perguruan tinggi dan lembaga penelitian itu harus bisa memberikan sesuatu kepada masyarakat. "Penelitian itu harus dapat digunakan masyarakat, bisa dibuat secara industri," tegasnya. Dia menekankan pentingnya inkubator bagi peneliti LIPI patut didirikan untuk menunjang bantuan hukum, modal awal, dan cara-cara bisnis menuju persaingan global. Inkubator adalah tempat pembinaan industri mula. Dia menambahkan, untuk menghubungkan kegiatan penelitian dan industri, pemerintah perlu membuat regulasi. Sumber : Kompas (23 Agustus 2007)
Subscribe to:
Posts (Atom)
Tiga Tahun Lagi, Indonesia Yakin Lepas dari Impor Sapi
Jumat, 8 Januari 2016 Program sapi unggulan berhasil dikembangkan. VIVA.co.id - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerjasa...
-
Minggu, 6 Desember 2015 11:29 WIB | 7.064 Views Buah persik. (Pixabay/Hans) Kunming (ANTARA News) - Penelitian fosil biji persik men...
-
MEDAN, JUMAT - Peneliti Universitas Sumatera Utara, Basuki Wirjosentono, mengenalkan plastik ramah berbahan hasil samping minyak sawit menta...
-
Oleh Cardiyan HIS Kalah dalam kuantiti publikasi di jurnal tetapi menang dalam kualiti publikasi. Tanya kenapa? Karena ITB yang merupakan re...