Wednesday, March 23, 2011

Sorghum Jadi Bahan "Fast Food" buat Sapi

Penulis: Yunanto Wiji Utomo | Editor: Tri Wahono
Rabu, 2 Maret 2011 | 22:38 WIB

SHUTTERSTOCK Sorghum

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti dari Badan Tenaga Atom Nasional (Batan), Ir. Suharyono M.Rur. Sci., kini tengah mengembangkan fast food untuk ternak. Bahan dasar dari fast food tersebut adalah sorghum, jenis tanaman serealia yang bisa tumbuh di lahan kering.


Untuk membuatnya, sorghum terlebih dahulu dibuat menjadi silase. Dalam prosesnya, sorghum dipotong-potong menjadi lebih pendek, kemudian dimasukkan dalam wadah kedap udara dan difermentasi.

"Setelah jadi silase, lalu ditambahkan biosuplemen dan bahan-bahan lain sebagai media," kata Suharyono yang merupakan peneliti nutrisi ternak Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional.

Sorghum yang menjadi bahan dasar pembuatan fast food ini diketahui lebih bernutrisi dari jenis pakan lain seperti rumput gajah. Salah satu indikatornya, sorghum memiliki kandungan protein yang lebih tinggi, yakni 10-12%. Selama ini, sorghum yang diberikan pada ternak berupa silase dan sorghum segar yang telah dipotong-potong.

Diketahui, sorghum juga adalah pangan ternak yang sangat potensial untuk diberikan pada sapi. Fast food untuk ternak ini kini tengah dikembangkan namun wujudnya nanti belum bisa diketahui. Suharyono mengungkapkan, dengan fast food ini, diharapkan penggunaan sorghum lebih meluas dan ternak pun mendapatkan nutrisi yang lebih baik.

Lalu, dimana peran teknologi isotop dan radiasi dalam pengembangan pakan ternak ini? "Dengan isotop, kita bisa tahu apakah pakan itu bagus bagi ternak dengan melihat jumlah fosfor yang terserap. Dengan radiasi, kita bisa tahu logam berat dan mineral yang terdapat di bahan pakan," kata Suharyono.

Sorghum adalah tanaman yang bisa dimanfaatkan biji, batang dan daunnya. Selain bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak, tanaman ini juga punya potensi sebagai bahan pangan manusia. Jenis serealia ini bisa ditanam di lahan kering sehingga bisa jadi alternatif bagi penduduk dimana padi, jagung atau gandum sulit dibudidayakan.


No comments:

Tiga Tahun Lagi, Indonesia Yakin Lepas dari Impor Sapi

Jumat, 8 Januari 2016 Program sapi unggulan berhasil dikembangkan. VIVA.co.id - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerjasa...