Saturday, October 08, 2011
RI adopsi teknologi genetika ikan Norwegia
JAKARTA: Kementerian Kelautan dan Perikanan akan mengadopsi teknologi perbaikan genetika untuk bibit ikan dari Norwegia mulai tahun depan untuk mempercepat proses pembesaran ikan.
Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Ketut Sugama mengatakan Norwegia unggul dalam memproduksi ikan salmon dan trout melalui penerapan teknologi canggih. Ikan trout hidup di dalam air yang sejuk, bersih, dan tinggi kandungan oksigen.
"Mereka kan unggul di salmon dan trout [yang tidak dapat dibudidaya di Indonesia] di laut, maunya kita mengadopsi teknologi [Norwegia] untuk memperbaiki struktur genetika ikan. Kalau saat ini [ikan salmon] untuk membesarkan ikan dengan bobot 1 kg butuh waktu 3 tahun. Jika diperbaiki gentiknya, untuk 1 kg butuh waktu 1 tahun bahkan hanya 6 bulan," ujarnya seusai acara Seminar Kerja Sama Indonesia-Norwegia tentang Aquaculture hari ini.
Jika alih teknologi tersebut dapat diterapkan di Indonesia, kata dia, maka akan berdampak pada peningkatan produksi ikan.
Proses genetika yang diterapkan pada ikan salmon di Norwegia itu, menurut Ketut, dapat diterapkan di Indonesia untuk ikan kakap putih. Indonesia tidak memproduksi ikan salmon. "Untuk menghasilkan bobot 1 kg kakap putih, maka hanya butuh waktu 1 tahun, bahkan diharapkan hanya 6 bulan."
Dia menegaskan kerja sama Indonesia dengan Norwegia dalam bidang perikanan budi daya meliputi perbaikan genetika, pakan ikan, dan faksin untuk penyakit tertentu.
Menurut dia, harga pakan tersebut lebih mahal, tetapi akan dapat mepercepat proses pembesaran ikan, yaitu 1 kg pakan bisa menaikkan bobot ikan menjadi lebih dari 1 kg. Hal itu, kata dia, dapat dilakukan melalui teknologi probiotik, di mana pakan ikan diberikan bakteri untuk mempermudah proses penguraian, sehingga bagian yang dibuang lebih sedikit.
Kerja sama itu, kata dia, merupakan pemerintah dengan pemerintah (G2G). Lalu, ke depan, teknologi tersebut dapat ditransfer ke pebudidaya ikan dan pengusaha perikanan di Tanah Air.
Teknologi lain dari Norwegia yang menarik, lanjutnya, untuk dapat mengukur oksigen yang dihasilkan dari rumput laut atau hutan bakau. Kerja sama itu akan berlangsung selama 2 tahun. "Saya akan mengajukan kerja sama itu selama 5 tahun." (sut)
Sumber : http://www.bisnis.com/articles/ri-adopsi-teknologi-genetika-ikan-norwegia
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Tiga Tahun Lagi, Indonesia Yakin Lepas dari Impor Sapi
Jumat, 8 Januari 2016 Program sapi unggulan berhasil dikembangkan. VIVA.co.id - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerjasa...
-
Minggu, 6 Desember 2015 11:29 WIB | 7.064 Views Buah persik. (Pixabay/Hans) Kunming (ANTARA News) - Penelitian fosil biji persik men...
-
MEDAN, JUMAT - Peneliti Universitas Sumatera Utara, Basuki Wirjosentono, mengenalkan plastik ramah berbahan hasil samping minyak sawit menta...
-
Oleh Cardiyan HIS Kalah dalam kuantiti publikasi di jurnal tetapi menang dalam kualiti publikasi. Tanya kenapa? Karena ITB yang merupakan re...
No comments:
Post a Comment