PENGUMUMAN tokoh-tokoh yang meraih hadiah Nobel menjadi perhatian media massa di seluruh dunia. Momentum tahunan ini sudah menjadi tradisi yang tak bisa ditinggalkan selama lebih seratus tahun.
Penganugerahan hadiah yang diambil dari nama pendirinya, pengusaha kaya raya asal Swedia Alfred Nobel, ini telah mengilhami banyak orang untuk konsisten mengabdi dan berbuat untuk kepentingan kemajuan dan kesejahteraan umat manusia. Seleksi yang sangat ketat membuat ajang ini benar-benar menjadi penanda puncak prestasi dari tokoh-tokoh dunia yang memiliki kreasi, inovasi, dan dedikasi tinggi pada bidang masing-masing.
Hadiah Nobel yang pertama kali diadakan pada 1901 ini diberikan pada bidang fisika, ekonomi, sastra, dan yang paling bergengsi adalah Nobel Perdamaian. Setiap tahun Komite Nobel bersama dewan juri akan memilihkan empat dari ratusan bahkan ribuan nama yang sudah disaring dengan ketat dan diumumkan di Norwegia. Begitu pentingkah ajang Nobel itu dan apa manfaat yang bisa dipetik oleh bangsa Indonesia? Ajang seperti ini jelas penting dan harus menjadi salah satu obsesi bangsa Indonesia jika ingin disejajarkan dengan negaranegara maju yang selama ini mendominasi peraih Nobel.
Negara maju boleh mendominasi, tapi tidak berarti peluang emerging countryseperti Indonesia menjadi tertutup.Sangat terbuka kemungkinan para ilmuwan,tokoh-tokoh yang kita miliki mampu meraih Nobel.Asalkan kita semua memiliki tekad dan kemauan untuk memperjuangkan putraputri terbaik bangsa kita di ajang-ajang internasional. Di berbagai eventolimpiade sains dan teknologi tingkat dunia,prestasi siswa-siswi dan mahasiswa kita beberapa tahun terakhir sangat membanggakan. Ini berarti kemampuan sumber daya manusia kita sudah diakui dunia.
Inilah peluang sekaligus kesempatan kita semua untuk meraih prestasi yang lebih tinggi lagi,sebut saja hadiah Nobel.Kesuksesan bukanlah sesuatu yang given atau turun dari langit, tapi harus dibuat dan dirancang sedemikian rupa dalam waktu yang tidak singkat. Human investment memerlukan waktu 20–30 tahun.Andaikan kita start dengan benar 20 tahun lalu,tentu saat ini kita sudah menuai buah manis dari kerja keras itu. Namun karena kita startterlambat,katakanlah lima tahun lalu,berarti kita baru memetik hasilnya 15 ke depan atau pada 2024.
Setidaknya di tahun-tahun itulah anak-anak muda kita yang sudah mengantongi prestasi internasional sudah semakin matang dan harus siap bersaing dengan ratusan tokoh lain untuk memperebutkan Nobel ekonomi, fisika, sastra, dan perdamaian. Ini pun dengan catatan, pemerintah benar-benar serius memperhatikan dan mendidik anak-anak bangsa yang berprestasi itu secara baik. Merekalah masa depan Indonesia. Maka kita harus all out untuk menggembleng mereka tiada henti. Dengan anggaran pendidikan yang cukup besar,semua itu sangat mungkin dilakukan.
Untuk mengejar impian dan obsesi itu diperlukan pemimpinpemimpin yang visioner, berpikir jauh ke depan dan mengabdikan diri demi kemajuan dan kesejahteraan bangsa.Pemimpin yang tidak hanya berpikir untuk kepentingan sesaat jangka pendek yang tidak memiliki visi dan misi mulia. Karena itu, kita mengetuk hati para pemimpin yang terpilih yang duduk di DPR,DPD,pemerintahan,kepala daerah agar memiliki kesadaran yang sama untuk menyiapkan masa depan.
Bukan menyiapkan masa depan diri sendiri atau kelompoknya, tapi masa depan seluruh bangsa Indonesia. Penganugerahan Nobel hendaknya kita jadikan momentum untuk introspeksi dan berkaca diri bahwa hal itu bukanlah sesuatu yang di awangawang yang tak mungkin diraih. Cukup banyak anak bangsa ini yang bisa di-upgrade dan dipertajam potensi dirinya sehingga mampu menjadi tokoh-tokoh kelas dunia di masa depan.
Sejarah telah memberi contoh terang benderang bahwa kita ini bukan bangsa tempe,bukan bangsa kelas dua,tapi bangsa yang mampu duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Mari kita atasi ketertinggalan itu dengan semangat dan kerja keras karena kesuksesan tidak ditentukan oleh waktu, tapi oleh seberapa jauh kemauan dan semangat kita meraihnya.(*)
Sumber : http://www.seputar-indonesia.com/
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Tiga Tahun Lagi, Indonesia Yakin Lepas dari Impor Sapi
Jumat, 8 Januari 2016 Program sapi unggulan berhasil dikembangkan. VIVA.co.id - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerjasa...
-
Minggu, 6 Desember 2015 11:29 WIB | 7.064 Views Buah persik. (Pixabay/Hans) Kunming (ANTARA News) - Penelitian fosil biji persik men...
-
MEDAN, JUMAT - Peneliti Universitas Sumatera Utara, Basuki Wirjosentono, mengenalkan plastik ramah berbahan hasil samping minyak sawit menta...
-
Oleh Cardiyan HIS Kalah dalam kuantiti publikasi di jurnal tetapi menang dalam kualiti publikasi. Tanya kenapa? Karena ITB yang merupakan re...
No comments:
Post a Comment