Tuesday, October 18, 2011
Indonesia Terbuka terhadap Tanaman Bioteknologi
JAKARTA - Pemerintah memberikan sikap positif dan terbuka terhadap tanaman bioteknologi atau rekayasa genetika (genetically modified organism/GMO) untuk dikembangkan di Indonesia guna memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri.
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Bayu Krisnamurti di Jakarta, Senin, mengatakan, selama ini Indonesia telah mengimpor produksi pertanian hasil rekayasa genetika tersebut seperti kedelai dan jagung.
"Kira-kira 80-90 persen kedelai yang kita impor itu GMO. Beberapa negara sudah menggunakan benih GMO, bahkan Eropa yang selama ini menentang penggunaan GMO tapi beberapa negara sudah memanfaatkan teknologi ini," ujarnya di sela seminar Perspektif Global Tanaman Biotek/Rekayasa Genetika: 2010.
Menurut dia, penelitian tanaman GMO yang sudah selesai dilakukan adalah tebu dan jagung, sedangkan untuk padi baru akan dilakukan pada 2013-2014, yakni untuk golden rice.
Di Indonesia, tambahnya, sudah diimplementasikan teknolgi rekayasa genetika seperti tebu dan jagung yang dikaitkan dengan hibridanya.
"Pemerintah sekarang mengambil posisi yang sangat terbuka tentang kemungkinan penggunaan transgenik untuk pengembangan ini. Karena bisa dikatakan sudah 148 juta hektar di seluruh dunia tahun 2010 yang menanam Genetically modified organisme tersebut," katanya.
Bayu mengatakan, Indonesia membutuhkan terobosan teknologi baru, apalagi sejak jaman revolusi hijau seperti penggunaan benih, pupuk dan lainnya selama itu belum ada terobosan teknologi baru dan bioteknologi sepertinya menjanjikan.
Seperti halnya Argentina, 100 persen pangannya sudah menggunakan teknologi GMO ini.
Meskipun pemerintah sangat terbuka dengan teknologi ini, namun Wamentan menyatakan, jangan tergantung pada beberapa perusahaan atau beberapa negara saja.
Tanaman dengan teknologi ini sementara ini jika dalam skala besar harus diimpor, sementara yang ada di Indonesia saat ini masih skala kecil. "Ini pilihan yang harus kita buat bagaimana caranya untuk mempercepat itu," katanya.
Selain itu juga perlu diperhatikan mengenai keamanan, perlindungan kepada petani maupun terhadap perusahaan yang mengeluarkan benihnya. (tk/ant) Senin, 14 Maret 2011 | 19:55 :
Sumber : http://www.investor.co.id/agribusiness/indonesia-terbuka-terhadap-tanaman-bioteknologi/7636
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Tiga Tahun Lagi, Indonesia Yakin Lepas dari Impor Sapi
Jumat, 8 Januari 2016 Program sapi unggulan berhasil dikembangkan. VIVA.co.id - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerjasa...
-
Minggu, 6 Desember 2015 11:29 WIB | 7.064 Views Buah persik. (Pixabay/Hans) Kunming (ANTARA News) - Penelitian fosil biji persik men...
-
MEDAN, JUMAT - Peneliti Universitas Sumatera Utara, Basuki Wirjosentono, mengenalkan plastik ramah berbahan hasil samping minyak sawit menta...
-
Oleh Cardiyan HIS Kalah dalam kuantiti publikasi di jurnal tetapi menang dalam kualiti publikasi. Tanya kenapa? Karena ITB yang merupakan re...
No comments:
Post a Comment