Tuesday, November 29, 2011
Virus Ini Bisa Memusnahkan Spesies Manusia
ROTTERDAM, KOMPAS.com — Inilah virus paling berbahaya. Virus ini bisa memusnahkan manusia, tetapi sekaligus juga dibuat oleh manusia.
Tak ada nama spesifik bagi virus itu, atau setidaknya belum diberi nama secara resmi. Ahli virus dari Pusat Medis Erasmus di Rotterdam, Belanda, Ron Fouchier adalah orang yang menciptakan virus itu. Ia melakukannya dengan memutasikan materi genetik virus H5N1. Untuk menguji patogenitas virus, Fouchier memakai musang sebagai hewan percobaan karena memiliki saluran pernapasan serupa dengan manusia.
"Ini adalah salah satu virus paling berbahaya yang bisa Anda buat," kata Fouschier seperti dikutip Daily Mail, Minggu (27/11/2011). Virus ini jauh lebih mudah menginfeksi manusia dan ditularkan ke manusia lain. Jika virus ini sampai "bocor" ke publik, potensi pandemik global akibat virus ini sangat tinggi. Boleh jadi, spesies manusia dibuat musnah karenanya.
Lalu apa tujuannya membuat virus yang bisa mematikan manusia? Fouchier mengatakan, penelitian ini bagian dari usaha internasional memahami H5N1. Riset serupa lain juga dilakukan tim peneliti kerja sama Universitas Wisconsin di AS dan Universitas Tokyo di Jepang.
Hasil penelitian Fouchier dan tim peneliti dari Wisconsin dan Tokyo kini tengah diulas oleh Badan Penasihat Sains Nasional untuk Keamanan Biologis Amerika Serikat (NSABB). Beberapa kalangan menolak publikasi hasil penelitian tersebut sebab dikhawatirkan akan disalahgunakan. Hasil penelitian bisa berdampak positif untuk kesehatan masyarakat, tetapi juga bisa dimanfaatkan sebagai senjata biologis.
"Kami tak mau memberikan road map bagaimana cara membuat virus buruk menjadi semakin buruk kepada para penjahat," kata Michael Osterholm, anggota NSABB yang juga merupakan pakar flu dan pertahanan biologis dari Pusat Penelitian dan Kebijakan Penyakit Infeksi di Universitas Minnesota, AS.
Sumber : www.kompas.com
Avtur Berbahan Baku Sawit Dikembangkan
JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengembangkan minyak avtur (jetfuel) dari minyak sawit yang merupakan teknologi biofuel generasi 1,5, atau pengembangan biofuel generasi pertama melalui jalur "hydrotreating".
"Jalur hydrotreating yakni dengan proses pemberian hidrogen ke minyak sawit (CPO)," kata Kepala Balai Rekayasa Desain dan Sistem Teknologi BPPT Dr Adiarso pada Lokakarya Pengembangan dan Perekayasaan Teknologi Biodiesel 2011 di Jakarta, Rabu (16/11/11)
Hidrogen tersebut berasal dari gasifikasi biomassa dan menghasilkan C02 dan H2 yang direaksikan dengan sintesis Fischer Tropsch dengan menggunakan suatu jenis katalis sehingga menghasilkan minyak avtur, ujarnya.
Biofuel generasi 1,5 ini dikembangkan BPPT bersamaan dengan pengembangan biofuel generasi 2 sejak awal 2010 bekerja sama dengan Jepang.
"Kalau yang generasi pertama sudah selesai prototipenya sejak lama, bahkan pabrik biodiesel dan bioetanol ini sudah diaplikasikan di beberapa daerah di kawasan perkebunan sawit, jarak atau perkebunan lainnya," jelas Adiarso.
Teknologi produksi biodiesel merupakan teknologi produksi generasi I, yaitu melalui reaksi esterifikasi dan transesterifikasi minyak nabati dengan sejumlah alkohol dan katalis asam/basa menghasilkan biodiesel (akil ester).
"Namun karena produksi biodiesel generasi I menggunakan bahan baku minyak sawit mentah (CPO) yang harganya sangat tinggi, sampai Rp8.000-Rp9.000 per liter, maka pengusaha sawit tentu saja lebih memilih ekspor mentah langsung daripada membuat biodiesel yang prosesnya harus menambah Rp1.000-2.000 per liter lagi untuk dijual sebagai biodiesel seharga Rp4.500," katanya.
Itulah mengapa dibuat biodiesel generasi II yang memanfaatkan biomassa melalui proses liquifaksi dan gasifikasi.
"Jika biodiesel generasi I menggunakan minyak sawit, biodiesel generasi II akan menggunakan limbah sawit seperti tandan buah kosong sawit, pelepah dan limbah pertanian lainnya sehingga diharapkan tak ada lagi hambatan mengembangkan biodiesel," terang Adiarso.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Aslam Kalyubi mengatakan, potensi biomassa di Indonesia tercatat mencapai 50 ribu MW, bahkan faktanya mencapai 210 ribu MW, sementara kapasistas terpasang hanya 1.618 MW.
"Di AS pembangkitan tenaga listrik dari biomassa mencapai 11 ribu MW sedangkan di Indonesia biomassa untuk pembangkit listrik belum tercatat pasti, namun telah digunakan oleh sejumlah perusahaan," katanya.
Sumber : www.kompas.com
Senyawa Pembunuh Virus HIV Ditemukan
TEXAS, KOMPAS.com — Zhilei Chen, asisten profesor di A&M University di Texas yang berkolaborasi dengan Scripps Research Institute, menghasilkan penelitian besar dengan menemukan senyawa PD 404,182 yang bisa membunuh virus HIV, penyebab AIDS.
Penemuannya dipublikasikan di jurnal American Society of Microbiology bulan ini. "Ini adalah senyawa kecil bersifat virusidal, artinya punya kemampuan membunuh virus, dalam hal ini adalah HIV. Pada dasarnya, virus ini bekerja dengan membuka virus," kata Chen seperti dikutip Medical Xpress, Kamis (24/11/2011).
"Kami menemukan ketika HIV kontak dengan senyawa ini, virus itu rusak dan kehilangan material genetik. Dalam hal ini, virus 'terlarut' dan RNA-nya (material genetik HIV) terpapar. Karena RNA tak stabil, sekali terpapar akan hilang dengan cepat dan virus tak bisa menginfeksi," tambah Chen.
Hal yang lebih mengejutkan, senyawa ini bekerja langsung menyerang bagian dalam virus, bukan protein pada bagian dinding kapsulnya. Ini kabar bagus sebab dengan demikian, virus sulit untuk berevolusi mengembangkan resistensi.
Penemuan bahwa senyawa ini bisa membunuh virus HIV sebenarnya tak sengaja. Mulanya, Chen hendak menguji keefektifan PD 404,182 untuk melawan virus Hepatitis C. Tapi setelah mencobanya pada HIV, ternyata senyawa itu bekerja lebih efektif.
Dengan penemuan ini, Chen yakin bahwa senyawa tersebut bisa dikembangkan untuk upaya preventif, misalnya dalam bentuk gel vagina yang berguna mencegah infeksi HIV lewat hubungan seksual. Chen membuktikan bahwa ketika kontak dengan cairan vagina, senyawa ini akan tetap efektif.
Karena menyerang bagian dalam kapsul virus, bukan membrannya, Chen juga yakin senyawa ini aman dipakai manusia.
Mayoritas senyawa virusidal bekerja pada membran luar kapsul virus yang karakteristiknya hampir serupa dengan membran sel manusia sehingga bisa merusak.
Sumber : www.kompas.com
Monday, November 21, 2011
Seminar on "Emerging food Safety Challenges" Thursday, 24 November 2011, IPB-ICC Bogor
Please complete the data below:
full name | : | |
company | : | |
company category others | : : | |
job function others | : : | |
email address | : | |
phone number | : | |
fax | : | |
mobile number | : | |
PT Media Pangan Indonesia
FOODREVIEW INDONESIA
KULINOLOGI INDONESIA
Jl Pandu Raya No 151-153, Indraprasta II
Bogor 16152, Indonesia
Ph. +62 251 7191945 / Fax. +62 251 8328 376
www.foodreview.biz / www.kulinologi.biz
Tuesday, November 15, 2011
THE SECOND US-INDONESIA KAVLI FRONTIERS OF SCIENCE CALL FOR EXPRESSION OF INTEREST
THE SECOND US-INDONESIA KAVLI FRONTIERS OF SCIENCE CALL FOR EXPRESSION OF INTEREST
This call for expression of interest is a preliminary announcement in the preparation for The
Second US-Indonesia Kavli Frontiers of Sciences symposium, organized jointly by the US
National Academy of Science and the Indonesian Academy of Sciences (AIPI), to be held in
July 2012 in Solo, Indonesia.
Background
The Kavli-Frontiers of Science Series was inaugurated in Irvine, California on March 2-4,
1989, through a symposium on Frontiers of Science, organized by a committee of young
scholars with the support of the National Science Foundation, the Alfred P. Sloan
Foundation, and the National Academy of Sciences. These annual symposia bring together
some of the very best young scientists to discuss exciting advances and opportunities in their
fields in a format that encourages informal collectives as well as one-on-one discussions
among participants. Speakers are urged to focus their talks on current cutting-edges research
in their disciplines to colleagues outside their fields. Typically, these symposia are attended
by approximately 80 to 100 scholars, by up to a dozen senior colleagues, and by several
science writers. Attendees for the Frontiers of Science symposia are selected from the pool of
young researchers (under 45 years of age) who have made significant contribution to science.
The US series inspired bilateral symposia, organized jointly by the US National Academy of
Science and national academies from other countries, such as the UK, Japan, China and India.
Thus, the Frontiers of Science Symposia have become a fundamental instrument in bringing
together the best young scientists─the next generation of leaders─in the field of natural
sciences and engineering, in the US and around the world.
The first US-Indonesia Kavli Frontiers of Science symposium was held in July 2011 in
Bogor, Indonesia. The symposium covered five topics (alternative/renewable energy,
biodegradable plastics, climate change science and impacts, infectious disease, marine
microbial diversity, and rice genomics). A total of 70 participants (40 scientist from
Indonesia and 30 from USA) were selected by the Organizing Committee for the meeting:
eighteen participants gave oral presentations and 52 gave poster presentations, reporting on
current research within their disciplines to an academically trained and scientifically diverse
audience. They highlighted major research challenges, methodologies, and limitations to
progress at the frontiers of their respective fields. All attendees participated actively in
general discussion, during which they learned from and form collaborative relationships with
other young scientists.
Call for Expression of Interest
The Indonesian Academy of Sciences (AIPI) has formed an Indonesian Organizing
Committee of young scientists─chaired by Prof. Dr. Ismunandar, with Dr. Rika Raffiudin,
Dr. Dwi Susilaningsih, Dr. Ronny Martien, Dr. Marsia Gustiananda and Dr. Rohani Ambo
Rappe as members─to prepare the Second US-Indonesia Kavli Frontiers of Science
Symposium, in cooperation with the US Organizing Committee. This meeting will be held in
Solo in July 2012.
In developing the topics for the Second US-Indonesia Kavli Frontiers of Science Symposium,
the Indonesian Organizing Committee invites expression of interest from young scientists of
Indonesia to participate in the Second US-Indonesia Kavli Frontiers of Science Symposium.
Applicants should:
1. Have a doctoral degree and actively conduct/participate in research as shown by their
peer-reviewed international and national publications.
2. No more than 45 years old at the time of application.
3. Submit a brief CV (no more than 2 pages) highlighting their publication list.
4. Include a brief statement (short paragraph, no more than 500 words) on what you would
like to present at the meeting if you are selected.
Submission
Application should be written in English and sent to: marsia@eijkman.go.id;
rohani_amborappe@yahoo.com by no later than 2 February 2012.
Why You Should Apply
Selected participants will be sponsored (travel and accommodation) to attend the symposium.
You will have the opportunity to meet and discuss your work with 40 of the best US young
scientists, interested in collaborating with you in cutting edge research projects. The
symposium program would allow visits to your laboratory and institution by interested
participants. These are organized to create opportunities for and promote the development of
future collaborations.
Website: kavli.aipi.or.id
Wednesday, October 26, 2011
Brokoli Super Tanpa Modifikasi Genetik
KOMPAS.com — Ilmuwan asal Inggris berhasil mengembangkan brokoli super, bukan super dalam ukuran, melainkan super dalam nutrisi. Brokoli ini memiliki kandungan glucoraphanin 2-3 kali lebih banyak daripada brokoli biasa. Glucoraphanin ialah nutrisi yang berguna membantu menyembuhkan penyakit jantung.
"Sayuran sudah merupakan obat. Ketika memakan brokoli ini, Anda bisa mengurangi kolesterol dalam darah," kata Richard Mitten, ketua tim pengembangan dari Institute for Food Research di Inggris. Glucoraphanin akan mencegah penyumbatan pada arteri.
Untuk menciptakan brokoli super ini, Mithen mengawinkan brokoli Inggris dengan brokoli Sicilian yang tak memiliki bunga di kepalanya, tetapi memiliki kandungan glucoraphanin tinggi. Brokoli hasil persilangan tersebut dibuat tanpa rekayasa genetik, dan kini telah dipatenkan.
Pengembangan brokoli ini sebenarnya sudah hal biasa. Di Inggris, pengayaan produk makanan dengan nutrisi lewat berbagai cara memang sudah hal umum, misalnya ada jus jeruk kemasan yang diperkaya kalsium dan jamur dengan ekstravitamin D. Di Indonesia sendiri telah banyak produk telur diperkaya omega 3.
Menanggapi pengembangan ini, Lars Ove Dragsted, pakar nutrisi dari Universitas Copenhagen, mengatakan, "Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa glucoraphanin sangat bermanfaat bagi pencegahan penyakit jantung dan kanker. Jadi, pengembangan yang dilakukan sah saja."
Namun, pakar pangan lainnya, Glenys Jones, dari British Medical Research Council, mengatakan bahwa memakan brokoli super takkan bisa memberikan efek besar. Bagaimanapun, pilihan gaya hidup, seperti tidak merokok dan olahraga, adalah yang paling penting.
Terlepas dari beragam tanggapan, saat ini Mithen dan rekan penelitinya tengah berusaha melakukan tes pada manusia tentang khasiat brokoli itu. Mereka akan membandingkan kesehatan jantung orang yang memakan brokoli itu dan yang tidak. Hasilnya akan digunakan untuk membuat iklan yang mempromosikan brokoli itu.
Sumber : http://sains.kompas.com/read/2011/10/26/1928289/Brokoli.Super.Tanpa.Modifikasi.Genetik
Sunday, October 23, 2011
Kemenhut perkenalkan mikoriza percepatan rehabilitasi hutan
Kepala Bidang Pengembangan Data dan Tindak Lanjut Penelitian Konservasi dan Rehabilitasi Badan Litbang Kementrian Kehutanan Republik Indonesia, Didik Purwito, Sabtu, di Gorontalo mengatakan bahwa kerusakan hutan pasca pertambangan banyak terjadi dan membutuhkan solusi yang tepat.
Untuk menjawab itu maka Kementrian Kehutanan Republik Indonesia mencoba untuk mengembangkan sebuah tekhnologi baru terkait dengan persoalan rehabilitasi hutan pasca pertambangan.
"Yang sudah berhasil dikembangkan saat ini kita namakan dengan tekhonologi Biorehabilitasi Mikoriza," ujar Didik.
Dia menjelaskan, dasar pokok dari pengembangan Jamur Mikoriza tersebut adalah simbiotik mutualisme yang merupakan kerja sama saling menguntungkan antara tanaman hutan sebagai inang dan mikroba tanah.
Sistem kerja dari simbiotik mutulisme adalah inang dalam pertumbuhan hidupnya mendapatkan sumber makanan lebih banyak dari dalam tanah dengan bantuan penyerapan lebih luas dari organ-organ mikroba.
"Dengan kata lain, karena hanya inang yang berfotosintesa maka sebagai imbalannya mikroba tanah mendapatka aliran energi untuk hidup dan berkembang biak," kata Didik.
Dia mengemukakan, jamur mikoriza mampu memacu pertumbuhan banyak jenis tanaman kehutanan dan pertanian sehingga proses rehabilitasi bisa lebih menghemat waktu.
Saat ini kata Didik, jamur mikoriza baru diperkenalkan dan akan digunakan oleh sejumlah perusahaan pertambangan yang ada di Indonesia.
(T.KR-MTO)
Editor: Priyambodo RH
Sumber : http://www.antaranews.com/berita/281064/kemenhut-perkenalkan-mikoriza-percepatan-rehabilitasi-hutan
Thursday, October 20, 2011
Aturan Transgenik Abaikan Prinsip Kehati-hatian
Demi kepentingan jangka pendek dan investor, Menteri Pertanian dinilai tidak memedulikan dampak serius produk rekayasa genetika pada lingkungan dan kesehatan warganya.
Hal ini mengemuka dalam diskusi yang menghadirkan Tejo Wahyu Jatmiko (koordinator Aliansi untuk Desa Sejahtera), Henri Subagiyo (Direktur Eksekutif Indonesian Center for Enviromental Law/ICEL), dan Huzna Zahir (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia), Kamis (20/10/2011) di Jakarta.
"Prinsip Kehati-hatian merupakan prinsip dasar dalam menangani produk hasil rekayasa genetik, dengan diakuinya potensi dampak lingkungan, sosial ekonomi, dan kesehatan. Sangat jelas, hal ini tidak menjadi roh dari permentan itu. Alasan demi menerapkan amanat MP3EI yang berpihak pada investor, membuat Menteri Pertanian berani mengabaikan kepentingan publik. Ini jelas salah," ucap Tejo.
Ia menunjukkan, pemerintah tidak mau belajar dari kesalahan 10 tahun lalu saat pelepasan kapas transgenik milik Monsanto yang merugikan petani dan gagal memenuhi janji.
"Perlu diingat saat itu keputusan juga dilakukan tergesa-gesa, dan sembunyi-sembunyi untuk memfasilitasi kepentingan perusahaan," katanya.
Sumber : http://sains.kompas.com/read/2011/10/20/17374561/Aturan.Transgenik.Abaikan.Prinsip.Kehati-hatian
Wednesday, October 19, 2011
BioPharma Asia Convention 2012
5th Annual BioPharma Asia Convention 2012 is the largest gathering of international pharmas, biotechs, research institutions and partners in Asia.
At BioPharma Asia Convention 2012, we will bring together 4,000 senior executives from the entire Asian biopharmaceutical value chain at your fingertips. From R&D, clinical trials to manufacturing, finding the right partner for your business has never been easier.
You will meet the most important and influential decision makers in Asia and internationally. Learn from top global and Asian companies on their successful partnership models in the region. Hear directly from Pfizer, GSK, Bayer Healthcare, Astellas, Takeda and more, on how you can make your business in Asia successful.
Visit our website at www.terrapinn.com/biopharma to-get your copy of our latest agenda and to find out who you will meet at this event.
Come to 5th Annual BioPharma Asia Convention 2012 and learn how to:
• Develop your business strategy in Asia
• Invest in innovative lifescience companies in Asia
• License your innovations and strike up successful partnerships
• Enhance manufacturing efficiency through best practices and proven technologies
• Expedite drug discovery through innovative technologies, ideas and best practices
• Conduct clinical trials effectively and achieve cost efficiency across Asia
• Develop strategic supply chain to enhance customer value and reduce costs
What you can expect at BioPharma Asia Convention 2012?
Immense yourself in the most conducive partnering environment as we bring together Asian and global executives that matter all under one roof!
Customise your learning experience with 6 strategic conferences, 2 focused summits, 10 workshops and 90 exhibition seminars. This strategic event will attract key stakeholders from the entire biopharmaceutical value chain covering drug discovery, clinical trials, manufacturing, licensing, supply chain and distribution.
6 Conferences:
• Pharma Partnering and Investment World Asia
• Biologic Manufacturing World Asia
• Pharma Manufacturing World Asia
• Pharma Trials World Asia
• Drug Discovery World Asia
• Pharma and Biotech Supply Chain World Asia
2 Summits:
• Preclinical World Asia
• Contract Manufacturing World Asia
We have also prepared:
• 10 workshops
• 90 exhibition seminars
• 1 exhibition showcase
• 100+ poster presentations
Find out more about BioPharma Asia Convention 2012 by visiting our website at www.terrapinn.com/biopharma
LIMITED OFFER!
Save more than $GD1600 when you register before 31 December 2011 and enjoy the early bird discounts. Hurry and register before prices increase in 2012! Contact Huisan Soh at +65 6322 2770 or email huisan.soh@terrapinn.com
PROGRAMS FOR 2012- 2013 STUDY YEAR AMERICAN INDONESIAN EXCHANGE FOUNDATION (AMINEF) FULBRIGHT PROGRAMS
PROGRAMS FOR INDONESIANS
General Program Description
The American Indonesian Exchange Foundation (AMINEF) annually offers Fulbright scholarships to study in the United States. The primary focus of the Fulbright Program in Indonesia is to promote mutual understanding between the Republic of Indonesia and the United States of America through educational exchange and academic scholarship. Fulbright scholarships are available to Indonesian citizens with the appropriate qualifications as stipulated in the program descriptions listed below.
General Requirements for All Programs:
* leadership qualities
* a good understanding of Indonesian and international cultures
* a demonstrated commitment to the chosen field of study
* a willingness to return to Indonesia upon completion of the Fulbright program.
Please note : Clear and concise written a Study Objectives and Research Proposals are extremely important factors in being considered for all Fulbright Programs.
Important Required Testing Information
At the time of application, only an Institutional TOEFL score is required. If selected, Master's and Ph.D candidates must take the official IBT TOEFL test, the Graduate Record Examination (GRE for all fields except Law and Business) or Graduate Management Admission Test (GMAT for business administration, finance, accounting).
Fulbright Student Program Alumni
Fulbright student program alumni are not eligible to apply to get a second student grant.
Community College Initiative Program
This international educational exchange program enables individuals from Indonesia to study at a community college in the United States to develop professional skills. Eligible fields are Business Management and Administration; Tourism and Hospitality Management; Health Professionals, including Nursing; Media; Information Technology; Agriculture, and Engineering Science. Applicant must :
* have completed a secondary school education (High School Diploma)
* have relevant work experience or be currently working in the field in which they are applying
* have English language skills that provide a basis for enrolling in academic coursework following approximately 6 months of intensive English language study in the U.S.
* submit a complete application
* a minimum Institutional TOEFL score 500 or TOEIC score 650 (only scores less than 2 years old are valid)
Deadline: October 26, 2011
Note: Preference wil be given to applicants with High School Diploma. Appicants with D1, D2 or D3 degrees may apply. Applicants with a Bachelor's Degree (S1) are eligible if they are applying in a field different from the field of their degree and have relevant work experience in the field for which they are applying. Aplicants with MA or Ph.D degrees are not eligible to participate.
Tuesday, October 18, 2011
Menghemat Gas dengan "Green Flame"
KOMPAS.com - Industri katering selama ini melakukan pemborosan spiritus untuk pemanas makanan. Dibutuhkan solusi yang tepat agar bahan bakar yang diproduksi dari methanol yang terbuat dari sintesis natural gas alam ini tidak mudah menguap, praktis, higienis, serta ekonomis. Untuk itulah Ahmed Tessario (Tessar) dan timnya dari Surabaya membuat sebuah penelitian yang menghasilkan sebuah produk bernama Green Flame. Penelitian ini memenangkan E-Idea Competition tahun 2011 yang diadakan British Council.
Green Flame menggunakan bahan dasar methanol yang diubah bentuk menjadi pasta atau gel dengan penambahan pengental, sehingga bahan bakar ini dapat dipakai lebih lama minimum 2 kali dibandingkan pemakaian spiritus. Hal ini diharapkan dapat mengurangi permasalahan pemborosan methanol dari sintesis gas alam.
Methanol yang berbentuk pasta atau gel ini kemudian dikemas didalam kaleng yang berasal dari kaleng bekas susu dan kaleng bekas tuna. Tessar merasa perlu untuk menggunakan bahan-bahan daur ulang sehingga dapat meminimalisir jumlah sampah yang ada saat ini. Untuk pemakaiannya, kaleng green flame hanya dibuka dan dibakar dan akan bertahan selama 2 hingga 3 jam untuk pemanas makanan. Apabila ingin dimatikan, dapat ditutup dengan penutup green flame.
Pada bulan Mei sampai agustus, Green Flame terjual sebanyak 20.000 kaleng yang setara dengan 2.500 liter Methanol. Padahal jika menggunakan spiritus dengan kebutuhan yang sama, maka akan menghabiskan methanol sebesar 4.292 Liter. Artinya produk ini mampu menghemat jumlah methanol sebanyak 1.792 Liter methanol atau setara dengan 1.038 kilogram natural gas.
Dalam memproduksi Green Flame, Tessar dan timnya banyak bekerja sama dengan penduduk sekitar, yaitu untuk mengumpulkan kaleng bekas susu, tuna maupun kaleng sejenis lainya. Mereka bekerja sama dengan para pemulung sampah dan para cleaning servis gedung pernikahan di Surabaya.
"Kami juga menggunakan prinsip sosiopreneur didalam proyek bisnis ini, yaitu untuk melakukan pencucian kaleng bekas dan pengemasan Green Flame, kami bekerja sama dengan anak-anak kurang mampu yang berada di daerah Asem Payung, Sukolilo, Surabaya. Kami menganggap dengan memberdayakan penduduk sekitar, paling tidak kami dapat membantu meningkatkan pendapatan penduduk tidak mampu di Surabaya," ungkap Tessar dalam wawancara via email.
Kesulitan pada awal bisnis ini adalah dalam mencari bahan baku yang murah, sehingga para pelanggan dapat membeli produk ini dengan harga dibawah harga spiritus, seperti kaleng dan methanol. Untuk modal kerja juga menjadi kendala di awal karena untuk dapat menjual dengan angka yang besar maka modal juga harus besar. Oleh karena itu Tessar dan timnya mencoba dari modal yang kecil dulu dengan harapan bisnis ini akan menjadi raksasa seiring berjalannya waktu.
"Mungkin yang paling sulit adalah untuk melakukan edukasi pasar, karena produk ini bisa dikatakan baru maka kami harus mengajarkan dan melakukan pembelajaran kepada pelanggan tentang penggunaan produk, manfaat dan efek jangka panjang yang akan mereka dapatkan. Oleh karena itu penting sekali bagi para pelanggan dan pengguna produk Green Flame untuk ikut peduli akan lingkungan dan faktor lingkungan selain juga memikirkan tentang harga produk yang harus murah," tambah Tessar.
Proyek ini sudah Tessar mulai sejak dua bulan sebelum mengikuti E-Idea Competition. Proyek ini mendapatkan award spesial dan tim mendapatkan hadiah iPad dari British Council. Selain itu, tim ini juga mendapatkan kesmepatan untuk mengikuti mentorship yang berkelanjutan serta seminar-seminar seputar Climate Change yang diadakan Bristich Council.
"Kami merasa sudah mendapatkan apresiasi yang luar biasa, ditambah lagi kesmepatan akses ke media, sehingga mempermudah kami melakukan edukasi pasar dan promosi sehingga produk ini bisa dipakai oleh seluruh industri katering, hotel dan restoran prasmanan di Indonesia. Bahkan juga bisa dipakai oleh para pendaki gunung sebagai bahan bakar alternative," ungkap Tessar.
Tessar menambahkan, setelah E-Idea, proyek ini akan terus dilanjutkan hingga bisa di distribusikan ke seluruh dunia. Tessar dan timnya berharap bisa membuka banyak cabang dan distributor sehingga bisa juga di produksi didaerah lain dengan memperkerjakan teman-teman yang kurang mampu.
Bisa dibayangkan apabila seluruh katering Surabaya saja yang berjumlah 187 katering ini menggunakan Green Flame minimal sebanyak 350 kaleng, maka gas alam yang sudah dapat dihemat sebesar 6.524 kilogram natural gas setiap bulannya.
"Kami bermimpi kelak produknya akan digunakan di seluruh kota di Indonesia dan seluruh dunia dan menjadi solusi penghematan bahan bakar alternatif. Selain itu, apabila bisnis ini dapat diproduksi juga di kota lain, maka teman-teman yang kurang mampu bisa direkrut sebagai pegawai dan dapat menjadi solusi pekerjaan bagi penduduk Indonesia yang masih banyak kekurangan," tutup Tessar.
Sumber : http://sains.kompas.com/read/2011/10/17/11490692/Menghemat.Gas.dengan.Green.Flame
Protein Nanopartikel untuk Penyembuhan Luka Kronis
Kalbe.co.id - Para ilmuwan telah mengembangkan obat baru dengan biaya rendah dan berukuran nanometer untuk mengobati luka kronis termasuk diabetes atau luka bakar. Peneliti di Universitas Hebrew di Jerusalem dan Harvard Medical School diketuai Yaakov Nahmias, ilmuwan bioteknologi melakukan rekayasa genetika untuk menghasilkan protein robotic yang merespons suhu.
Sirkulasi darah yang buruk akibat diabetes sering mengakibatkan luka kulit yang tidak sembuh, menimbulkan rasa sakit, infeksi, dan bisa berujung pada amputasi.
Beberapa jenis protein, yang disebut faktor pertumbuhan, telah ditemukan untuk mempercepat proses penyembuhan, sesuai dengan laporan jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences edisi Februari 2011.
Namun, pemurnian protein ini terbilang mahal dan mereka tidak bertahan lama pada luka, menurut pernyataan peneliti Harvard.
Mengapa suhu? Karena peningkatan suhu menyebabkan puluhan protein ini bergabung atau seperti terlipat ke dalam nanopartikel yang ukurannya 200 kali lebih kecil daripada sehelai rambut.
Proses ini sangat menyederhanakan pemurnian protein sehingga sangat murah untuk diproduksi. Ini juga memungkinkan bagi protein tersebut untuk tetap berada pada luka bakar.
Kini, obat ini masih dikembangkan peneliti sebagai percobaan. Tapi, telah dipatenkan dan telah digunakan untuk mengobati luka kronis pada tikus penderita diabetes. Pada tikus, obat ini secara dramatis mampu meningkatkan penyembuhan. Menurut rencana, uni coba kilinis akan dilanjutkan dan dilakukan terhadap manusia setelah menjalani beberpa evaluasi.
Sumber : http://www.kalbe.co.id/?mn=news&tipe=detail&detail=21000
Indonesia Terbuka terhadap Tanaman Bioteknologi
JAKARTA - Pemerintah memberikan sikap positif dan terbuka terhadap tanaman bioteknologi atau rekayasa genetika (genetically modified organism/GMO) untuk dikembangkan di Indonesia guna memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri.
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Bayu Krisnamurti di Jakarta, Senin, mengatakan, selama ini Indonesia telah mengimpor produksi pertanian hasil rekayasa genetika tersebut seperti kedelai dan jagung.
"Kira-kira 80-90 persen kedelai yang kita impor itu GMO. Beberapa negara sudah menggunakan benih GMO, bahkan Eropa yang selama ini menentang penggunaan GMO tapi beberapa negara sudah memanfaatkan teknologi ini," ujarnya di sela seminar Perspektif Global Tanaman Biotek/Rekayasa Genetika: 2010.
Menurut dia, penelitian tanaman GMO yang sudah selesai dilakukan adalah tebu dan jagung, sedangkan untuk padi baru akan dilakukan pada 2013-2014, yakni untuk golden rice.
Di Indonesia, tambahnya, sudah diimplementasikan teknolgi rekayasa genetika seperti tebu dan jagung yang dikaitkan dengan hibridanya.
"Pemerintah sekarang mengambil posisi yang sangat terbuka tentang kemungkinan penggunaan transgenik untuk pengembangan ini. Karena bisa dikatakan sudah 148 juta hektar di seluruh dunia tahun 2010 yang menanam Genetically modified organisme tersebut," katanya.
Bayu mengatakan, Indonesia membutuhkan terobosan teknologi baru, apalagi sejak jaman revolusi hijau seperti penggunaan benih, pupuk dan lainnya selama itu belum ada terobosan teknologi baru dan bioteknologi sepertinya menjanjikan.
Seperti halnya Argentina, 100 persen pangannya sudah menggunakan teknologi GMO ini.
Meskipun pemerintah sangat terbuka dengan teknologi ini, namun Wamentan menyatakan, jangan tergantung pada beberapa perusahaan atau beberapa negara saja.
Tanaman dengan teknologi ini sementara ini jika dalam skala besar harus diimpor, sementara yang ada di Indonesia saat ini masih skala kecil. "Ini pilihan yang harus kita buat bagaimana caranya untuk mempercepat itu," katanya.
Selain itu juga perlu diperhatikan mengenai keamanan, perlindungan kepada petani maupun terhadap perusahaan yang mengeluarkan benihnya. (tk/ant) Senin, 14 Maret 2011 | 19:55 :
Sumber : http://www.investor.co.id/agribusiness/indonesia-terbuka-terhadap-tanaman-bioteknologi/7636
Masa Depan Bioteknologi Indonesia
Bioteknologi di seluruh dunia sedang menjadi primadona untuk penelitian dan menjadi incaran para investor karena diperkirakan akan menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi.Terutama dengan berhasilnya dilakukan kioning oleh para ilmuwan Inggris dan proyek genom manusia yang diperkirakan akan selesai pada tahun 2003.
Indonesia sebetulnya merupakan lahan yang sangat baik untuk mengembangkan industri bioteknologi mengingat di milikinya keanekaragaman hayati yang sangat besar, dan tersedianya sumber bio-energi yang relatif murah dan berlimpah seperti molasses dan tapioka yang dapat dikonversi menjadi glukosa.
Tetapi untuk dapat memanfaatkan keuntungan alamiah yang tersedia, diperlukan sumber daya manusia terdidik, terlatih dan yang berpengalaman dalain bioteknologi. ini yang tidak kita miliki. Beberapa gelintir ilmuwan bioteknologi yang ada, ke banyakan bukan melakukan penelitian tetapi terlalu disibukkan dengan pekerjaan administratif di universitas atau lembaga pemerintah.
Untuk mengatasi hal ini diperlukan visi 2020 pengembangan industri bioteknologi Indonesia. Arah dan tujuan yang ingin dicapai 25 tahun yang akan datang, strategi pencapaiannya dan rencana kerja tahunan bersama tolok ukur/parameter untuk terus dapat memonitor dan mengevaluasi derajat keberhasilan pencapaian tujuan. Sebaiknya kita konsentrasi dalam 4 bidang industri bioteknologi, yaitu;
1. Bioteknologi pangan/pertanian/peternakan/perikanan/hortikultur
2. Bioteknologi kesehatan, terutamaobat, vaksin dan diagnostik
3. Bioteknologi industri
4. Bioteknologi lingkungan
Artikel Lengkap Klik
Ilmuwan Korsel Sukses Kloning Anjing Hutan
KOMPAS.com — Hwang Woo Suk, ilmuwan asal Korea Selatan, sukses mengembangkan delapan coyote (sejenis anjing hutan) kloning. Ia menunjukkannya "hasil karyanya" itu kepada publik Senin (17/10/2011).
Pengembangan anjing hutan kloning ini adalah hasil proyek Hwang yang didanai oleh pemerintah provinsi Gyeonggi dengan Kim Moon Soo sebagai gubernurnya.
Untuk melakukan kloning, pejabat kantor Kim mengatakan bahwa Hwang mengambil sel kulit anjing hutan. Selanjutnya, Hwang mentransplasikan sel kulit tersebut ke sel telur anjing yang telah dihilangkan intinya. Hasil kloning pertama berhasil dilahirkan pada 17 Juni lalu sementara yang lain menyusul.
Seluruh hasil kloning kini dikirim ke suaka margasatwa Pyeongtaek, 50 km selatan Seoul. Keberhasilan kloning ini bagi Hwang bukan pertama kalinya. Tahun 2005, ia berhasil mengkloning anjing bernama Snuppy.
Korea Selatan telah sukses mengembangkan kloning serigala, sapi, kucing, anjing dan babi. Seluruh hasil kloning rencananya akan didistribusikan ke kebun binatang di Korea Selatan. Selain itu, anjing hutan kloning juga akan dilatih untuk hidup di alam bebas layaknya anjing hutan biasa.
Hwang merupakan salah satu pakar sel punca Korea Selatan. Ia sempat diagungkan berkat publikasi di jurnal Science tentang keberhasilannya mengembangkan sel punca dari embrio manusia. Namun, akhirnya reputasinya ternoda. November 2005, ia didakwa melanggar etika penelitian karena menerima sel telur dari staf penelitinya.
Tahun 2006, setelah diselidiki, penelitiannya ternyata hoax, tak ada sel punca yang berhasil diciptakan. Tahun 2009, Hwang menerima hukuman selama 2 tahun akibat pelanggaran etika penelitian. Meski salah satu penelitian Hwang adalah hoax, penelitian-penelitiannya yang lain telah diakui kebenarannya. Anjing Snuppy, misalnya, telah dikonfirmasi benar adanya.
Sumber : http://sains.kompas.com/read/2011/10/18/12345038/Ilmuwan.Korsel.Sukses.Kloning.Anjing.Hutan
Nuklir Indonesia tidak untuk senjata
"Pemanfaatan teknologi nuklir di Indonesia tidak akan digunakan untuk kepentingan membuat senjata perang, tetapi lebih ditujukan untuk kepentingan perdamaian dan kesejahteraan manusia," kata Kepala Badan Tenaga Atom Nasional (Batan), Hudi Hastowo, usai peresmian Zona Nuklir di Taman Pintar Yogyakarta, Sabtu.
Menurut dia, Indonesia telah memiliki peraturan perundang-undangan tentang pemanfaatan teknologi nuklir, salah satunya mengatur bahwa nuklir tidak akan digunakan untuk kepentingan membuat senjata tetapi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Selama ini, lanjut dia, hasil riset yang dilakukan Batan untuk pemanfaatan teknologi nuklir telah mampu memberikan manfaat kepada masyarakat di berbagai bidang.
Di bidang pertanian, Batan telah mampu menghasilkan benih unggul untuk padi sebanyak 16 varietas, sorgum dan kedelai karena selama ini Indonesia masih mengimpor bahan utama pembuatan tempe itu.
Batan, dikatakannya, juga menemukan formula pakan ternak yang mampu meningkatkan bobot hewan ternak dengan lebih baik, serta membuat pakan ternak menjadi lebih awet.
Di bidang kesehatan, menurut dia, teknologi nuklir juga telah dimanfaatkan untuk membantu menyembuhkan penderita gondok, seperti yang pernah dilakukan kepada masyarakat di lereng barat Gunung Merapi.
"Teknologi nuklir ini juga pernah digunakan untuk mendeteksi air tanah dalam seperti yang dilakukan di Klaten, Malang, Madura dan di Gunung Kidul dalam proyek Bribin," katanya.
Mengenai rencana pembuatan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), Hudi mengatakan, belum ada tindak lanjut atas rencana pembuatan pembangkit listrik tersebut.
"Terlebih, setelah ada bencana gempa bumi di Jepang yang menyebabkan kebocoran reaktor nuklir Fukushima. Rencana itu kini masih tertunda, padahal sebelumnya penerimaan masyarakat cukup baik," katanya.
Batan, lanjut dia, akan tetap menyiapkan sumber daya manusia dan peningkatan penguasaan teknologi karena telah ada amanah dalam Undang Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang rencana pembangunan jangka panjang.
Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) rencananya akan dibangun di kawasan Tanjung Ular Muntok Bangka Barat yang akan dilanjutkan dengan tahap studi kelayakan lokasi.
(T.E013/R010)
Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © 2011
Sumber : http://www.antaranews.com/berita/279952/nuklir-indonesia-tidak-untuk-senjata
Ilmuwan Ukraina kembangkan bakteri pemusnah bom
Sevastopol, Moskow (ANTARA News/RIA Novosti-OANA) - Ilmuwan asal Ukraina mengembangkan teknologi pemusnah bahan peledak yang unik menggunakan bakteri, kata peneliti Gennady Baranov.
Bakteri tersebut memerlukan 15 hingga 115 hari untuk "mengubah" bahan peledak menjadi pupuk penyubur, kata peneliti yang bekerja sama dengan Laboratorium Biokimia di Institut Tenaga Nuklir Sevastopol itu.
"Teknologi itu terdiri dari susunan organik yang memakan peledak dan bahan kimia sehingga menghasilkan pupuk penyubur asli," kata Baranov.
Ia menimpali, "Kita bisa memusnahkan amunisi dari Perang Besar (Perang Dunia Kedua) secara efektif di lapangan dengan menaburkan campuran tersebut kepada peluru artileri kemudian bakteri tersebut langsung memakan bahan peledak dan meninggalkan kandungan logam sehingga dapat didaur ulang."
Teknologi tersebut telah dipatekan, namun komposisinya dirahasiakan, ujar Baranov.
(Uu.SDP-12/H-AK)
Editor: Priyambodo RH
Sumber : http://www.antaranews.com/berita/279849/ilmuwan-ukraina-kembangkan-bakteri-pemusnah-bom
Sunday, October 16, 2011
Saturday, October 08, 2011
RI adopsi teknologi genetika ikan Norwegia
JAKARTA: Kementerian Kelautan dan Perikanan akan mengadopsi teknologi perbaikan genetika untuk bibit ikan dari Norwegia mulai tahun depan untuk mempercepat proses pembesaran ikan.
Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Ketut Sugama mengatakan Norwegia unggul dalam memproduksi ikan salmon dan trout melalui penerapan teknologi canggih. Ikan trout hidup di dalam air yang sejuk, bersih, dan tinggi kandungan oksigen.
"Mereka kan unggul di salmon dan trout [yang tidak dapat dibudidaya di Indonesia] di laut, maunya kita mengadopsi teknologi [Norwegia] untuk memperbaiki struktur genetika ikan. Kalau saat ini [ikan salmon] untuk membesarkan ikan dengan bobot 1 kg butuh waktu 3 tahun. Jika diperbaiki gentiknya, untuk 1 kg butuh waktu 1 tahun bahkan hanya 6 bulan," ujarnya seusai acara Seminar Kerja Sama Indonesia-Norwegia tentang Aquaculture hari ini.
Jika alih teknologi tersebut dapat diterapkan di Indonesia, kata dia, maka akan berdampak pada peningkatan produksi ikan.
Proses genetika yang diterapkan pada ikan salmon di Norwegia itu, menurut Ketut, dapat diterapkan di Indonesia untuk ikan kakap putih. Indonesia tidak memproduksi ikan salmon. "Untuk menghasilkan bobot 1 kg kakap putih, maka hanya butuh waktu 1 tahun, bahkan diharapkan hanya 6 bulan."
Dia menegaskan kerja sama Indonesia dengan Norwegia dalam bidang perikanan budi daya meliputi perbaikan genetika, pakan ikan, dan faksin untuk penyakit tertentu.
Menurut dia, harga pakan tersebut lebih mahal, tetapi akan dapat mepercepat proses pembesaran ikan, yaitu 1 kg pakan bisa menaikkan bobot ikan menjadi lebih dari 1 kg. Hal itu, kata dia, dapat dilakukan melalui teknologi probiotik, di mana pakan ikan diberikan bakteri untuk mempermudah proses penguraian, sehingga bagian yang dibuang lebih sedikit.
Kerja sama itu, kata dia, merupakan pemerintah dengan pemerintah (G2G). Lalu, ke depan, teknologi tersebut dapat ditransfer ke pebudidaya ikan dan pengusaha perikanan di Tanah Air.
Teknologi lain dari Norwegia yang menarik, lanjutnya, untuk dapat mengukur oksigen yang dihasilkan dari rumput laut atau hutan bakau. Kerja sama itu akan berlangsung selama 2 tahun. "Saya akan mengajukan kerja sama itu selama 5 tahun." (sut)
Sumber : http://www.bisnis.com/articles/ri-adopsi-teknologi-genetika-ikan-norwegia
Wednesday, September 28, 2011
Begini Cara Petani Jombang Akali Sawah Agar Panen Melimpah
TEMPO Interaktif, Jombang - Hadi Suryanto tampak sumringah. Semangatnya terus membungkah pada usianya yang memasuki 50 tahun. Senyum selalu menghiasi wajah ayah tiga anak dan kakek seorang cucu tersebut.
Hadi, salah seorang petani di Desa Tejo, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, itu tak henti-hentinya menghaturkan puji syukurnya kepada Tuhan. Panenan padi di lahannya yang tak seberapa luas, yakni 100 ru, atau setara 275 meter persegi kian meningkat. Ukuran tanah bagi petani di Jawa, 1 ru sama dengan 2,75 meter. "Hasil panenan kali ini mencapai sembilan kuintal lebih, hampir satu ton," ujarnya seraya menunjukkan tumpukan padi di dapur rumahnya di RT 01 RW 01 Desa Tejo.
Hadi menuturkan, hasil panen sawah warisan orang tuanya selama lima tahun terakhir terus menurun. Pada musim panen tahun lalu, sawahnya hanya menghasilkan lima kuintal. Padahal, berbagai jenis pupuk kimia sudah dia taburkan.
Hadi tak ingin patah semangat. Apalagi ia tak punya pekerjaan lain. Sejak kecil sudah bekerja di sawah sebagai petani sebagaimana umumnya warga Desa Tejo lainnya.
Kerja keras harus dilakoninya sembari terus putar otak agar tingkat kesuburan tanahnya bisa diperbaiki. Terbersit pikiran membiarkan sawahnya menganggur selama satu musim panen. Batang jagung setelah panen tahun sebelumnya dibiarkan, padahal biasanya dibakar untuk menyongsong musim tanam padi.
Selama lahan sawahnya tak ditanami apapun, Hadi menabur 250 kilogram pupuk organik. Ia berharap dengan menabur pupuk organik pada lahan yang masih dipenuhi batang jagung yang mengering, tingkat kesuburan tanah miliknya kembali meningkat. "Dahulu ketika orang tua masih hidup, cukup diberi sedikit pupuk kimia, tanaman langsung subur. Tapi belakangan, meski pupuk kimia ditingkatkan, hasil panen malah menurun," ucapnya.
Hasil kerja Hadi ternyata tak sia-sia. Sawahnya yang sempat menganggur, setelah kembali ditanami pada pada musim tanam lalu, memberikan hasil yang baginya sudah sangat memuaskan. Tingkat kesuburan tanahnya kembali normal. Jumah panenan sembilan kuintal gabah kering giling sudah mendekati hasil puncak yang pernah dinikmati semasa orang tuanya masih hidup. ”Hasil panen tertinggi pernah mencapai satu ton,” tuturnya mengenang masa lalu.
Adalah Sama’i yang ikut berperan membantu Hadi mengolah tanah sawahnya agar kembali sumbur. Sebagai ketua Kelompok Tani Makmur Desa Tejo, Sama’i, tak ingin 107 petani yang menjadi anggotanya terus dlanda kerisauan. Sebab, bukan hanya tanah sawah milik Hadi yang merosot tingkat kesuburannya melainkan seluruh lahan sawah di desa tersebut, termasuk milik anggota kelompok tani yang dipimpinnya juga tak lagi subur. ”Mereka selalu mengeluh hasil panen padinya terus merosot dalam lima tahun terakhir,” papar Sama’i.
Kesukaannya mengumpulkan informasi dari berbagai media membantu Sama’i mendapatkan pengetahuan untuk mengatasi merosotnya tingkat kesuburan tanah sawah di desanya. Berbekal pengetahuannya yang dikumpulkannya sejak dua tahun lalu, Sama’i bersama anggota kelompok taninya terus berdiskusi. Akhirnya disepakati menggunakan pupuk organik sebagai solusi untuk mengembalikan tingkat kesuburan tanah.
Sejak itulah Hadi dan seluruh anggota Kelompok Tani Makmur membuat pupuk organik sederhana, yakni dari kotoran hewan, seperti sapi. Pupuk ditaburkan ke sawah. Selain itu jerami sisa panen yang biasanya dijual ditata secara merata di seluruh areal persawahan.
Ihwal merosotnya tingkat kesuburan tanah dibenarkan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Jombang, Suhardi. Kondisinya, menurut Suhardi, sudah sangat memprihatinkan.
Menurut Suhardi, idealnya kandungan organik yang terdiri dari unsur hara dan mineral tanah tiga persen. Namun, saat ini hampir seluruh lahan sawah di Kabupaten Jombang telah mencapai titik nadir di bawah satu persen.
Dinas Pertanian Kabupaten Jombang tahun 2009 lalu melakukan penelitian. Hasilnya mencengangkan. Berdasarkan penelitian di 19 dari 21 kecamatan yang ada di Kabupaten Jombang, kandungan bahan organik berkisar antara 0,5 hingga 1 persen. "Saat itu kami langsung bergerak dengan membuat laboratorium tanah," tutur Suhardi.
Dinas Pertanian juga memberikan pelatihan dan membantu peralatan pembuatan pupuk organik yang murah dan efisien. Pelatihan dan pemberian bantuan peralatan dilakukan melalui kelompok tani masing-masing.
Suhardi juga menjelaskan, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan laboratorium tanah, tingkat kesuburan tanah mulai menurun sejak tahun 1983, setelah Kabupaten Jombang menikmati puncak hasil panen. Penggunaan pupuk kimia yang mulai dikenal masyarakat sekitar tahun 1960 membuat kandungan kesuburan tanah terus menurun. Akibatnya, tanah tak memiliki unsur hara yang cukup dan tanah pun mengeras.
Kepala Dinas Pertanian Jawa Timur, Wibowo Eko Putro, mengamininya. Merosotnya tingkat kesuburan tanah bahkan tidak hanya terjadi di Jombang, melainkan menyeluruh di Jawa Timur. ”Jika dibiarkan, maka potensi pangan di tingkat lokal Jawa Timur dan Indonesia tak bisa terpenuhi lagi,” urai Wibowo.
Kekhawatiran Wibowo bukan tanpa alasan. Jawa Timur menyumbang 12 persen produksi padi secara nasional. Dengan demikian, jika Jawa Timur mengalami kekurangan produksi pertanian akan menggoyahkan politik pangan secara nasional.
Langkah penanggulangan segera diambil. Sejak tahun 2009, Jawa Timur menerapkan bantuan berupa subsidi pupuk organik kepada para petani. Melalui kelompok tani diberikan peralatan pembuat pupuk organik, seperti coper (pencacah bahan pupuk) dan granul (pembuat buliran pupuk). Dengan bantuan tersebut diharapkan petani mampu membuat pupuk organik murah sehingga bisa meningkatkan kesuburan tanah mereka.
Sejak saat itu sebanyak 1.968 kelompok tani sudah menerima peralatan pembuatan pupuk organik. Jumlah bantuan akan terus ditambah sehingga ditargetkan mencapai 3.000 alat untuk 3.000 kelompok tani.
Melalui pola bantuan tersebut, kata Wibowo, kelompok tani diharapkan mampu menyuplai kebutuhan pupuk organik, terutama untuk anggota kelompoknya. Harganya pun menjadi lebih murah, yakni Rp 500 per kilogram. Padahal harga pupuk organik produksi pabrik besar mencapai Rp 1.000 hingga Rp 1.500 per kilogram.
Kelompok tani juga terus didorong untuk terus berinovasi agar tanahnya subur. Di antaranya mencampur pupuk organik dengan beberapa mikroba sehingga kandungan unsur hara dan unsur perekat yang terdapat dalam pupuk organik lebih cepat berkembang.
Sama’i mengakui pentingnya terus berinovasi. Dengan menambahkan beberapa jenis mikroba, seperti azatobacter chroococcum, aspergillus niger serta beberapa mikroba lainnya, kandungan unsur hara dan pengikat nitrogen dalam tanah menjadi lebih cepat. Berbagai jenis mikroba tersebut bisa dibeli di Dinas Pertanian.
Dengan mencampukan mikroba, pembuatan pupuk organik bisa lebih cepat, yaitu hanya memerlukan waktu kurang dari dua pekan. "Kalau tanpa campuran mikroba bisa lebih dari satu bulan," kata Sama’i.
Kandungan zat organik dalam pupuk juga meningkat tajam. Jika tanpa campuran mikroba, 100 ru sawah memerlukan dua ton pupuk organik, sedangkan dengan campuran mikroba untuk tanah seluas 100 ru hanya membutuhkan 20 kilogram pupuk organik.
Pakar kesuburan tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang, Syahrul Kurniawan, menjelaskan bahwa merosotnya kesuburan tanah merupakan imbas dari ditemukannya pupuk kimia yang menandai adanya revolusi hijau pada dekade 1960-an. "Sejak saat itu kebutuhan pupuk kimia berkonsentrasi tinggi meningkat tajam," paparnya kepada Tempo, Rabu, 28 September 2011.
Tingginya penggunaan pupuk kimia saat itu lantaran para petani merasa pupuk organik atau kompos kurang efektif untuk mempercepat dan meningkatkan produksi tanaman. Padahal, penggunaan pupuk kimia secara berkelanjutan membuat kandungan unsur hara dalam bahan organik dalam tanah tanah terus menyusut dan akhirnya habis.
Ditegaskan oleh Syahrul, jika kandungan organik dalam tanah sudah habis, maka berapapun jumlah pupuk kimia yang ditaburkan tak akan mampu menjadikan tanaman subur. Bahan-bahan kandungan pupuk kimia sesungguhnya hanya bisa merangsang pertumbuhan tanaman, tapi tidak mampu menciptakan unsur organik yang sejatinya dibutuhkan oleh tanah.
Menurut Syahrul pula, sejak Indonesia mencapai swasembada pangan tahun 1983, saat itulah titik puncak terjadinya kerusakan kandungan bahan organik tanah di seluruh areal persawahan. Dalam kondisi seperti itu, pemerintah justru terus menggenjot target peningkatan produksi pertanian. Para petani pun berlomba menggunakan pupuk kimia. Pada saat bersamaan luas lahan terus berkurang.
Untuk memulihkan tingkat kesuburan tanah akibat penggunaan pupuk kimia, kata Syahrul, dibutuhkan waktu lima sampai 10 tahun. Itupun tingkat kesuburannya hanya mencapai tiga persen. Hasil tersebut juga sangat tergantung pada tingkat kesadaran petani untuk beralih menggunakan pupuk organik. FATKHURROHMAN TAUFIQ
Sumber : http://www.tempointeraktif.com/hg/iptek/2011/09/28/brk,20110928-358711,id.html
Thursday, September 22, 2011
The Water, Energy and Food Security Nexus
IFPRI partners with the Government of Germany on Bonn2011 Conference.
Conference websiteVideo comments by Claudia Ringler
Discuss on our blog
Political Economy of Agricultural Policy Reform in India
New study examines evolution of policies to promote fertilizers and electricity for irrigation.
Research monographLeveraging Agriculture to Tackle Noncommunicable Diseases
Lead-up seminar to the United Nations Summit on the Prevention and Control of Non-communicable Diseases. Watch video of the September 7 event. VideoMore about the event |
The 5th International Eijkman Conference
===================
Dengan Hormat,
Bersama ini kami sampaikan bahwa Lembaga Eijkman akan mengadakan konferensi ilmiah yang berjudul The 5th International Eijkman Conference dengan tema The Eijkman Institute comes of age: vitamins, genomics, and welfare. Konferensi ini merupakan kegiatan ilmiah yang telah dimulai sejak tahun 1990 dan menandai 15 tahun berdirinya Lembaga Eijkman sebagai Lembaga Biologi Molekul sejak inagurasi oleh Presiden Suharto pada tahun 1995. Sejak didirikan pada tahun 1888 sebagai laboratorium penelitian patologi dan bakteriologi dengan Christiaan Eijkman sebagai direktur pertama, mengawali penelitiannya dan menghasilkan suatu penemuan besar mengenai hubungan antara defisiensi vitamin B1 dan beri-beri yang menjadi landasan konsep vitamin sampai saat ini.
Konferensi yang akan berlangsung pada tanggal 8 - 10 November 2011 di Hotel Borobudur, Jakarta ini diharapkan bisa menjadi medium untuk menjembatani penelitian ilmu dasar dan klinis, sehingga peserta bisa memperluas pengetahuan dan sekaligus dapat memunculkan ide baru terutama untuk penelitian di bidang genetika populasi, kerentanan penyakit dan nutrisi, keterkaitan mitokondria dengan penyakit infeksi, penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit malaria maupun bakteri dan penyakit infeksi yang muncul kembali serta perkembangan vaksin di era post genomik. Pengetahuan ini diharapkan berguna bagi kesejahteraan manusia sehingga tidak saja dapat digunakan untuk penanganan penyakit infeksi saat ini, namun juga untuk penanganan dan pencegahan penyakit infeksi di masa depan.
Kami menghimbau Saudara untuk memanfaatkan kesempatan ini, serta berkenan untuk menyebarluaskan informasi ini kepada staf atau pihak-pihak yang berminat menghadiri konferensi dan mengirimkan abstrak untuk presentasi pada sesi free paper/poster. Bagi mereka yang berminat dapat mengisi formulir pendaftaran terlampir dan mengembalikannya kepada kami secepatnya secara online atau melalui faksimili dengan alamat:
The Organizing Committee of the 5th International Eijkman Conference
Contact Person: Hannie, Sisi, atau Woro
Jl. Diponegoro 69, Jakarta 10430, Indonesia
Tel +62-21-314 8695, 391 7131; Fax +62-21-314 7982
E-mail ei-conf5@eijkman.go.id
Website symposium.eijkman.go.id/ei-conf5
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Hormat Kami,
Panitia The 5th International Eijkman Conference
Monday, September 19, 2011
Polyplus-Transfection Mengumumkan Pengangkatan Sepuluh Ahli Biologi dan Kimia Tambahan untuk Mendukung Berbagai Studi Pra-klinis
Polyplus-transfection SA, yang mengkhususkan diri dalam pengembangan solusi inovatif untuk penyampaian asam nukleat dalam penelitian dan terapeutik, hari ini merayakan 10 tahun pertumbuhan yang berkelanjutan.
Sejak peluncurannya pada tahun 2001, Polyplus-transfection telah menjual berbagai reagen transfeksi melalui jaringan luas distributor internasional yang mencakup lebih dari 30 negara di seluruh dunia. Selama dekade silam, Polyplus-transfection telah berkembang menjadi dua unit bisnis; bisnis reagen transfeksi komersial inti dan bisnis penelitian terapeutik yang fokus pada sistem penyampaian asam nukleat, dan telah mengalami peningkatan dari 4 hingga menjadi 42 pekerja. Bermitra dengan investor ekuitas swasta, Polyplus mendanai sebagian penelitian terapeutiknya dengan pendapatan dari penjualan reagen transfeksi komersialnya, pendanaan dan pinjaman, serta telah berhasil mengumpulkan dana usaha senilai 7,8 juta Euro sejak tahun 2001.
Tahap pendanaan baru-baru ini sebesar 2,5 juta Euro yang berakhir pada bulan Desember 2010, mempercepat program studi pra-klinis Polyplus dengan mempekerjakan sepuluh ilmuwan tambahan serta perluasan fasilitas laboratorium dan kantor Polyplus di Illkirch (Perancis). Polyplus-transfection adalah ahli dalam pemindahan asam nukleat intraselular in-vivo, dan saat ini tengah melakukan dua program penelitian utama yang didedikasikan pada pengembangan terapeutik berbasis interferensi RNA, yaitu: STICKY SIRNA dan RNAPLUS. Sejak tahun 2001, tim ilmiah perusahaan ini telah menulis lebih dari 20 makalah ilmiah dan memperluas secara signifikan lahan IP perusahaan di bidang penyampaian asam nukleat.
"Sepuluh tahun merupakan saat yang penting bagi setiap perusahaan. Polyplus-transfection telah membuktikan kesinambungan model bisnisnya dan sekarang melayani ribuan pelanggan di seluruh dunia dengan produk-produk berkualitas, sambil terus berinvestasi dalam pengembangan organisasi penelitian dan penemuan berkelas dunia," kata Mark Bloomfield, C.E.O. Polyplus-transfection. "Selain itu, Polyplus terus diuntungkan dari hubungan yang erat dan berharga dengan lembaga investor yang memberikan dana, dukungan dan pedoman yang dibutuhkan untuk membawa teknologi penyampaian STICKY SIRNA dan SIRNAPLUS ke tahap pengembangan pra-klinis."
"Hasil terbaru dari studi pra-klinis kami dalam model kanker metastatik paru-paru dan prostat menunjukkan bahwa STICKY SIRNA efektif menghambat baik siklus sel dan juga daya tahan tubuh pada saat kemoterapi untuk mengurangi perkembangan tumor secara signifikan dan meningkatkan ketahanan tubuh saat diberikan bersamaan dengan obat-obatan kemoterapi seperti Cisplatin," ujar Dr. Patrick Erbacher, CSO Polyplus-transfection. "Lebih lanjut, berdasarkan data pra-klinis ini, kami sekarang berencana menjalin kemitraan untuk membawa STICKY SIRNA ke dalam ujicoba klinis sebagai peralatan kuat untuk terapi anti-tumor."
Tentang Polyplus-transfection
Polyplus-transfection SA adalah perusahaan bioteknologi yang mengembangkan, memasarkan, dan menjual solusi inovatif untuk penyampaian asam nukleat in vivo, in vitro, dan ex vivo untuk penelitian, produksi bio dan terapeutik. Berlokasi tidak jauh dari University of Strasbourg di Perancis Timur, Polyplus-transfection telah memiliki sertifikat ISO-9001 sejak tahun 2002 dan menyediakan berbagai macam reagen untuk transfeksi gen, oligonukleotida dan siRNA melalui jaringan distributor di dunia. Reagen Polyplus telah melalui ujicoba klinis yang dikembangkan di seluruh dunia. Selain itu, Polyplus-transfection memiliki paten atas lahan dan lisensi termasuk metode asli untuk pengiriman terapeutik siRNA.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi situs web Polyplus-transfection di: http://www.polyplus-transfection.com
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Andrew Lloyd & Associates
Andrew Lloyd / Neil Hunter
Tel: +44 1273 675100
allo@ala.com/ neil@ala.com
Sumber: Polyplus-transfection SA
Dikutip : http://www.antaranews.com/berita/275796/polyplus-transfection-mengumumkan-pengangkatan-sepuluh-ahli-biologi-dan-kimia-tambahan-untuk-mendukung-berbagai-studi-pra-klinis
Bio Farma "kiblat" vaksin halal dunia
Tidak percaya? Coba perhatikan jejaknya di alur sejarah bangsa ini. Sejak didirikan kolonial Belanda pada 1890 dengan nama "Parc Vaccinogene", perusahaan itu tidak pernah ditelantarkan oleh kekuatan mana pun yang pernah berkuasa di Tanah Air.
Lihat saja ketika Jepang berhasil mengusir Belanda dari Nusantara pada 1942, perusahaan farmasi itu diambilalih dan namanya diganti menjadi "Bandung Boeki Kenkyushoo".
Pada awal kemerdekaan Indonesia sempat mengelola perusahaan yang kemudian dinamai "Gedung Cacar dan Lembaga Pasteur". Tetapi saat Belanda mengagresi Indonesia pada 1946, perusahaan itu kembali direbut dan berganti nama "Landskoepoek Inrichting en Instituut Pasteur".
Ketika akhirnya Pemerintah Indonesia menjadikannya perusahaan negara pada 1955 dan kini menjadi salah satu BUMN strategis di Tanah Air, peran Bio Farma kian sentral. Tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di ranah internasional.
Betapa tidak. Setelah memperoleh prakualifikasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) Bio Farma menjadikan Indonesia satu dari hanya 23 negara di dunia yang boleh mengekspor vaksin ke luar negeri.
Lebih lagi, Bio Farma menjadikan Indonesia kiblat industri vaksin bagi 57 negara Islam yang tergabung dalam "Islamic Development Bank (IDB)" dengan program vaksin halal dan berkualitas (thoyib).
"Ada negara Islam yang juga mempunyai industri vaksin, contohnya Iran, tetapi hanya Indonesia yang telah mengantongi prakualifikasi dari WHO sehingga boleh mengekspor vaksin," kata Dr. Bambang H. Djalinus, Kepala Divisi Survailans dan Evaluasi Produksi PT Biofarma di Jakarta beberapa waktu lalu.
Sementara itu untuk menjamin vaksin produksinya termasuk kualifikasi halal, Bio Farma telah mengundang Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk melihat proses pembuatan vaksin hingga akhirnya MUI memberikan "lampu hijau" bagi vaksin-vaksin Bio Farma.
"MUI bahkan terlibat dalam sosialisasi vaksin-vaksin halal Bio Farma," imbuh Bambang.
Kiblat vaksin negara Islam
Sebenarnya terdapat beberapa negara Islam yang memiliki industri vaksin seperti Malaysia, Mesir, Tunisia, dan Pakistan, tetapi keunggulan Indonesia terletak pada prakualifikasi yang diperoleh dari WHO.
Setidaknya lima jenis vaksin produksi Bio Farma yang telah mendapat prakualifikasi WHO seperti polio, campak, hepatitis B, BCG, dan DTP (Difteri, Pertusis dan Tetanus). Kelima vaksin itu tergolong dalam vaksin dasar yang sangat dibutuhkan oleh negara-negara berkembang.
"Rata-rata negara Islam masih merupakan negara berkembang. Misalnya Afghanistan, Pakistan, Nigeria, dan Mali. Jadi vaksin kita sangat cocok untuk mereka," tutur Bambang lebih jauh.
Karena keunggulannya itu, Bio Farma kini mengekspor vaksin dan bekerja sama dalam pengembangan vaksin dengan Iran dan Malaysia. Selain itu vaksin-vaksin produksi Bio Farma juga diekspor ke Afghanistan, Pakistan, Mali, dan Nigeria.
Tetapi tujuan Bio Farma bukan hanya sekedar menjadi pengekspor vaksin bagi negara-negara Islam. "Kami ingin membawa negara-negara Islam mandiri di industri vaksin," tegas Bambang.
Tujuan mulia Bio Farma itu bukan pepesan kosong belaka. Dalam pertemuan tahunan "IDB Self Reliance in Vaccine Production" yang digelar di Bandung, 10 Agustus silam, Bio Farma didaulat menjadi pengawal proses peningkatan kemampuan industri vaksin negara-negara Islam untuk mempercepat kedaulatan di bidang vaksin.
"Direktur Utama PT Bio Farma, Iskandar, juga ditunjuk sebagai ketua dalam pertemuan itu," cerita Bambang bangga.
Tetapi diakui bahwa untuk membangun industri vaksin di negara-negara Islam lainnya masih butuh waktu yang panjang. Bio Farma sendiri telah menghasilkan 1,7 miliar dosis vaksin pada 2010.
(Be/B010))
Editor: Ruslan Burhani
Sumber : http://www.antaranews.com/berita/274320/bio-farma-kiblat-vaksin-halal-dunia
Wednesday, August 17, 2011
Siswa SMA Ciptakan Plastik dari Kentang
KOMPAS.com — Pernahkah Anda berpikir bahwa kentang bisa dibuat menjadi plastik? Tentu banyak orang berpikiran, mustahil itu terjadi. Namun, bagi enam siswa SMAN 48 Jakarta, hal itu tidak mustahil. Melalui berbagai penelitian dan uji coba laboratorium, akhirnya mereka mampu menciptakan plastik dengan bahan dasar kentang.
Penemuan luar biasa ini telah mengantarkan tim SMAN 48 Jakarta menjadi juara pada Kompetisi Think Quest International 2011 yang diikuti sekitar 33.000 orang dalam 7.603 tim dari 52 negara. Penyerahan hadiahnya akan dilakukan di San Fransisco Bay Area, Amerika Serikat, Oktober 2011.
Penemuan plastik kentang ini berawal dari coba-coba dan sekadar mengaplikasikan teori yang mereka dapat di sekolah.
Bentuk, desain, dan ketebalan plastik yang mereka buat belum terukur secara jelas. Namun, temuan mereka telah membuka cakrawala baru bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Elastisitas plastik yang mereka buat dengan bahan dasar kentang ini sangat mirip dengan plastik pabrikan.
Selain berhasil membuat plastik dari kentang yang mereka sebut bioplastik, tim yang terdiri dari Villa Yohana (16), Muhammad Labib Nauvaldi (16), Ikhsan Habibi (15), Tuwendy (16), Faisal Arsya (16), dan Ben Hadi Pratama (15)—keenamnya kini duduk di kelas XI jurusan IPA—ini juga membuat kertas berbahan baku pelepah bambu.
Kertas yang dihasilkan dari pelepah bambu itu nyaris sama dengan kertas daur ulang yang sering kita lihat: berwarna coklat dan memiliki serat yang tebal.
Menurut Ben Hadi Pratama, anggota tim, ide awal membuat kertas dari bambu berasal dari Villa dan ide pembuatan plastik dari kentang ditawarkan oleh Labib.
"Awalnya, kami masih tanda tanya, apa benar bisa, soalnya hanya berdasar teori dan literatur. Lalu, kami praktikkan sekaligus melakukan penelitian atas prosesnya. Kalau berhasil kenapa, kalau tidak berhasil kenapa," kata Ben yang diiyakan kelima temannya. Dari situlah mereka menyempatkan diri tiap hari berkutat di laboratorium kimia sekolah mereka dan akhirnya berhasil.
Proses pembuatan plastik dari kentang dan pembuatan kertas dari pelepah bambu ini ternyata tidak terlalu rumit dan bisa dilakukan di rumah. Kepada Warta Kota, tim ini sempat menunjukkan dan mempraktikkan cara pembuatannya di laboratorium kimia sekolah.
Proses pembuatan plastik kentang
Untuk membuat plastik dari kentang, beberapa kentang mentah dicuci bersih, lalu diparut hingga agak halus. Parutan kentang itu dicampur air secukupnya dan diulek agar lebih halus. Setelah itu, parutan kentang disaring untuk membuang airnya sehingga hanya tersisa endapan putih, yakni sari pati kentang.
Sari pati kentang ini lalu dicuci lagi dan kembali disaring. Tunggu hingga mengendap. Endapan berupa tepung pati kentang ini lalu dicampur HCL atau asam cuka atau cuka dapur, gliserin, dan air secukupnya. Lalu, campuran pati kentang, HCL, gliserin, dan air ini dipanaskan di atas api sedang selama 15 menit sambil terus diaduk. "Nanti hasilnya akan seperti gel berwarna putih," kata Ben.
Gel dari sari pati kentang ini lalu ditetesi NaOH (natrium hidroksida) atau soda api, setetes demi setetes, lalu dites dengan ditempelkan ke kertas lakmus warna pink. Jika kertas lakmus itu berubah warna menjadi merah, tetesan soda api harus ditambah. "Sampai kertas lakmusnya berwarna biru atau hijau," kata Ben.
Jika gel yang ditetesi NaOH saat dites di kertas lakmus warna pink berubah menjadi biru atau hijau, gel ini siap menjadi plastik. Gel lalu siap dibentuk atau dituang di cetakan dan dijemur selama beberapa jam atau paling lama sehari sampai mengering. Setelah mengering, gel itu berubah menjadi plastik bening.
Kertas dari bambu
Proses pembuatan kertas dari pelepah bambu juga cukup sederhana. Pelepah bambu atau kulit pembalut batang bambu dicuci dan dipotong kecil-kecil, lalu dicampur dengan NaOH (natrium hidroksida) atau soda api dan direbus di atas api sedang selama dua jam. Sambil direbus, potongan pelepah bambu itu diaduk dengan pengaduk kayu. "Kalau pakai pengaduk berbahan metal, akan timbul sifat korosif, soalnya kan ada NaOH-nya," kata Vilia.
Setelah dua jam direbus, potongan pelepah bambu kembali dibersihkan dan dicuci, lalu dicampur dengan lem kertas secukupnya sambil diblender hingga menjadi bubur kertas. Bubur kertas ini siap dicetak dengan screen dan dibiarkan mengering beberapa jam. "Setelah kering, tinggal diambil dari screen dan jadilah kertasnya," tutur Vilia.
Kertas buatan Vilia dan kawan-kawan ini nyaris sama dengan kertas hasil daur ulang. Kertas mereka berwarna coklat dan memiliki serat yang tebal. "Kami sedang cari cara untuk membuatnya berwarna putih. Mungkin dicampur dengan pemutih baju atau klorin," katanya. Selain membuat kertas dari pelepah bambu dan bioplastik dari kentang, mereka juga menawarkan pembuatan kertas dari alga merah atau ganggang laut. "Kami tahu dari literatur bahwa kandungan seratnya tepat buat dijadikan kertas," ujarnya. (bum)
Molekul DNA Ditemukan di Meteorit
KOMPAS.com - Peneliti Badan Antariksa AS, NASA, menemukan DNA, molekul inti kehidupan, dalam meteorit yang jatuh ke Bumi. Penemuan ini mengindikasikan bahwa benda luar angkasa seperti asteroid pernah menghantam Bumi dan membantu terbentuknya kehidupan.
Molekul DNA tersebut ditemukan pada 12 meteorit, 9 di antaranya berasal dari Antartika. Berdasarkan analisis, ada 2 basa nitrogen, yakni adenin dan guanin, yang terdapat pada meteor tersebut. Ada pula hipoxanthine dan xanthine, molekul yang ditemukan di jaringan otot.
Selain itu, ilmuwan juga menemukan 3 molekul yang berkaitan dengan basa nitrogen, disebut analog basa nitrogen. Namun, dua molekul ini tidak pernah ditemukan dalam biologi atau makhluk hidup. Ini menantang para ilmuwan untuk menguraikan apakah molekul ini terbentuk di antariksa.
Pimpinan penelitian, Michael Callahan mengatakan, "Manusia telah menemukan komponen DNA di meteorit sejak tahun 60an. Tapi, peneliti tidak yakin apakah itu terbentuk di luar angkasa atau hasil kontaminasi kehidupan di Bumi."
Lebih lanjut, seperti dikutip CNN, Kamis (11/8/2011) Callahan menuturkan, "Jika asteroid adalah pabrik kimia yang mengeluarkan material prebiotik, Anda akan mengharapkan mereka memproduksi banyak variasi basa nitrogen, tak cuma yang biologis, terkait dengan kondisi masing-masing asteroid."
Penemuan basa nitrogen yang bervariasi, termasuk yang tak terdapat dalam biologi sesuai dengan harapan. Dengan kontaminasi yang minimal dari sampel meteorit lain, Callahan dan timnya yakin bahwa material yang terdapat pada meteorit ini terbentuk di luar angkasa.
Penemuan ini semakin menguatkan teori bahwa kehidupan di Bumi berasal dari luar angkasa. Hasil penelitian dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences, Amerika Serikat. Callahan adalah peneliti di Goddard Space Flight Center, NASA.
Wednesday, July 20, 2011
1-SEARCA AND PARTNERS TO CONDUCT REGIONAL MEDIA WORKSHOP ON BIOTECHNOLOGY AND CLIMATE CHANGE
by Jenny A. Panopio and Sophia M. Mercado
19-July-2011 SEARCA BIC News Release
To keep media practitioners in the Southeast Asian region abreast about agricultural biotechnology and its products, SEARCA will co-organize a regional media workshop focusing on biotechnology and its role in climate change. The workshop will be held on 20-22 July 2011 in Jakarta, Indonesia.
The regional workshop on “Status, Impacts and Future Prospects of Agri-biotechnology in a Changing Climate” also aims to enhance the capacities of selected Southeast Asian media practitioners in accurate, scientific, and factual reporting about biotech products, particularly genetically modified crops.
Biotechnology is seen as a one of the technological strategies that can be tapped to develop products that could adapt to some of the global challenges and threats brought by changing climate. It can also help address food insecurity as well as rural poverty. Crop varieties developed through modern biotechnology, for instance, could withstand abiotic stresses and reduce levels of pathogens and resist frost, pest and diseases. According to Dr. Clive James, chairman and founder of the International Service for the Acquisition of Agri-biotech Applications (ISAAA), global adoption of biotech crops has reached a billion hectares from its initial commercialization in 1996 to 2010.
Food security, public and private efforts on the development of biotech crops, and the media’s significant role in shaping public opinion on biotechnology are among the topics to be tackled in the three-day workshop. Participants will visit laboratory facilities and field trials for biotech crops in the Indonesian Center for Agricultural Biotechnology and Genetic Resources Research and Development (ICABIOGRAD) in Bogor. They will also take part in a writeshop on accurate and factual biotech reporting.
Co-organizers of the learning event include the SEAMEO Regional Center for Tropical Biology (BIOTROP), ISAAA, the Agricultural Biotechnology Support Project II (ABPSII), and the Indonesia Biotechnology Information Center (IndoBIC). Additionally, Crop Life Asia (CLA) is providing support.
For more information about this event, interested parties may send an email to the SEARCA Biotechnology Information Center <bic@agri.searca.org>.
Tuesday, June 21, 2011
Ada Dunia Mikroba di Sea World
Di dalam wahana baru ini, para pengunjung dapat melihat dan mengenal lebih dekat jasad renik alias mikroba. Wahana ini dibuka berkat kerja sama dengan salah satu produsen yoghurt.
"Wahana ini dibangun atas dasar kesamaan visi agar anak-anak bisa melihat langsung apa yang kini hanya bisa mereka lihat dari buku," kata Direktur Sea World Indonesia, Sonny W Widjanarko.
Microworld juga merupakan salah satu bentuk komitmen Sea World untuk edukasi. "Sea World ini sudah besar, tapi belum menyentuh hal kecil. Maka, kita ingin lakukan hal ini. Mikroba ini kecil, tapi menopang banyak dan kita kadang enggak tahu," ungkap Rika Sudranto, Assisten General Manager Sea World Indonesia.
Susianni Lie, ahli mikrobiologi dari Riset dan Inovasi Orang Tua Grup, mengatakan bahwa banyak mikroba yang berperan dalam kehidupan, tetapi tak banyak diketahui. Misalnya, kalau di laut ada minyak tumpah, ilmuwan akan memakai mikroba yang berguna menguraikan minyak.
Untuk tahap awal, ada enam jenis mikroba yang dikenalkan. Ada mikroba golongan Rotifera yang merupakan makanan bagi juvenil ikan laut, golongan Crustacea atau udang-udangan kecil yang disebut Artemia dan Paramaecium, golongan mikroba yang memiliki banyak cilia. Tiga jenis lainnya adalah mikroba probiotik, yaitu Acidophilus digestiva, Casei immunita, dan Bifido defensia. Ketiganya berperan dalam pencernaan dan ketahanan tubuh.
Untuk melihat sang mikroba, wahana dilengkapi dengan mikroskop yang terhubung dengan layar televisi. Sampel air yang mengandung mikroba telah diletakkan di mikroskop dan citra mikroba itu ditampilkan di layar televisi sehingga bisa dilihat lebih mudah."Ini live. Jadi mikrobanya masih hidup," kata Rika.
Jadi, pengunjung bisa melihat aktivitas mikroba. Untuk memberi wawasan, ada guide yang bertugas menjelaskan. Sementara itu, pengunjung termasuk anak-anak juga bisa praktik memakai mikroskop untuk melihat mikroba.
Rika menambahkan, dengan memperlihatkan mikroba, masyarakat terutama anak-anak bisa mulai mencintai dunia mikro-organisme. Selain itu, masyarakat yang selama ini menganggap bahwa semua mikroba merugikan juga mengerti bahwa ternyata ada bakteri menguntungkan.
Bersamaan dengan pembukaannya, Vitacharm Microworld juga membuat Sea World meraih rekor ke-26 Muri. Wahana terbaru ini ditetapkan sebagai wahana pertama yang menampilkan mikroba.
Rika mengatakan, pengembangan wahana dimungkinkan jika respons masyarakat baik. "Kita nanti bisa kulturkan kalau respons masyarakat baik. Lalu tentang penyakit, bakteri apa yang menyebabkan. Kemudian mikroba di laut itu apa saja," kata Rika.
Monday, June 13, 2011
Berhitung dengan Kalkulator DNA
KOMPAS.com - Asam Deoksirobonukleat (DNA) tak cuma menyimpan kode rahasia makhluk hidup. Lulu Qian dan Erik Winfree, ilmuwan dari California Institute of Technology di Pasadena, AS menggunakan DNA untuk merancang kalkulator DNA yang juga sering disebut kalkulator molekuler atau komputer DNA.
Ada 130 untai DNA yang digunakan untuk menggantikan chip silikon. DNA berfungsi sebagai logic gates yang memproses sinyal yang masuk dengan hukum sederhana. Sinyal yang masuk dan keluar pun terbuat dari DNA, bukan pulsa elektrik.
Kalkulator DNA yang dibuat Qian dan Winfrey merupakan perbaikan dari sistem komputer DNA yang telah dikembangkan sejak 1990. Kalkulator DNA ini 5 kali lebih kuat dibandingkan sebelumnya, memakai sistem yang lebih fleksibel, sehingga berprospek untuk dikembangkan lanjut di masa depan.
Qian dan Winfrey mengembangkan kalkulator untuk menghitung akar kuadrat bilangan hingga 15 dan membulatkan hasilnya ke bilangan bulat terdekat. Proses penghitungannya cukup rumit, melibatkan kode bilangan biner dan sistem komunikasi kimia sehingga bisa menampilkan hasilnya.
Memakai kalkulator DNA untuk menghitung akar kuadrat cuma demo kemampuan. Muaranya, menurut Winfree, "Jika anda meminta sistem kimia untuk mengerjakan hal asing seperti menghitung akar kuadrat 4 digit bilangan biner, maka Anda mungkin bisa menggunakannya untuk hal lain."
Andrew Ellington, pakar biokimia dari University of Texas telah berpikir bagaimana cara mengaplikasikan kalkulator atau komputer DNA yang dikembangkan Qian dan Winfree untuk mendiagnosa malaria. "Kita bisa melihat cara yang dipakai Qian dan Winfree, lalu mendesainnya," katanya.
Tapi, Martyn Amos, pakar komputasi DNA dari Manchester Metropolitan University mengatakan, sistem ini masih terbatas sebab bahkan membutuhkan 10 jam untuk menghitung akar kuadrat. "Tantangan terbesar adalah mengaplikasikan konstruksi ini untuk bekerja di sel hidup," tambah Amos.
Kulit Katak Kandung Zat Pembunuh Tumor
KOMPAS.com — Peneliti dari Universitas Queens, Belfast, Irlandia Utara, menemukan dua jenis protein di kulit katak, yang berpotensi sebagai obat penyembuh kanker.
"Dua jenis protein yang dapat menghambat pertumbuhan pembuluh darah sekaligus digunakan untuk membunuh sel tumor," ujar Chris Shaw, pemimpin tim penelitian, hari Selasa (7/6/2011), kepada BBC News.
Menurut Shaw, kebanyakan sel tumor hanya dapat tumbuh sampai ukuran tertentu sebelum sel itu memerlukan pembuluh darah untuk tumbuh ke dalam tumor guna menyalurkan zat makanan dan zat oksigen yang amat penting.
Dalam penelitian, para ilmuwan menangkapi katak-katak dan mengambil protein hasil sekresi pada kulit, kemudian melepaskannya kembali ke alam bebas. Shaw sendiri menyatakan, ia yakin akan alam punya solusi atas berbagai penyakit yang dihadapi manusia, "Tinggal bagaimana menemukannya."
Penelitian tersebut memperoleh penghargaan untuk penemuan medis dalam Medical Futures Innovation Awards di London baru-baru ini. (National Geographic Indonesia/Gloria Samantha)
Tuesday, June 07, 2011
Seminar padi
sekuen basa nukleotida gen ketahanannya" dan "Kloning gen Depl untuk produktifitas dengan kontribusi >15% peningkatan hasil melalui teknik over ekspresi dan informasi sikuens
genon", yang diadakan pada :
Jam : 09.00 wib - selesai
Tempat : Auditorium Dr. M. Ismunandji (Auditorium I)
Balai besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetika Pertanian
Jl. Tentara Pelajar 3A, Bogor
Thursday, June 02, 2011
Oncolytic Viruses Shown to Target and Kill Pancreatic Cancer Stem Cells
Investigators led by Joyce Wong, MD, a surgical researcher with Memorial Sloan-Kettering Cancer Center (New York, NY, USA), examined whether they could use oncolytic viruses, which are naturally occurring viruses that have been genetically engineered to be safe and express tracking genes, as a possible therapy against pancreatic cancer stem cells. These stem cells are thought to cause disease recurrence and metastasis, even after therapy, and oncolytic viruses may offer a new treatment strategy.
“What we learned is that oncolytic viruses have been engineered to selectively target cancer cells and have a low toxicity profile in animal studies,” said Dr. Wong. “Targeting the cancer stem cell may enhance our ability to eradicate tumors and prevent future recurrence of disease.”
While much research has been performed on isolating the cancer stem cell from various hematologic cancers, this research was based on the presence or absence of specific cell surface markers. Numerous mechanisms of how these cancer stem cells resist chemotherapy and radiation have also been examined. However, up to now, there has not been any research assessing whether genetically modified viruses can target and kill pancreatic cancer stem cells.
Investigators tried to determine whether the viruses containing a marker gene that expresses green fluorescent protein could infect pancreatic cancer stem cells and ultimately kill the cancer stem cell. Their findings were promising and validated that viral activity was correlated with green fluorescent protein expression.
Dr. Wong added that future studies are needed to determine whether oncolytic virus administration in vivo will help eradicate tumors and prevent future disease recurrence, and that while these initial findings are encouraging, further study is necessary to see whether oncolytic viruses will be clinically beneficial as a therapy.
Dr. Wong presented the study’s findings at Digestive Disease Week 2011 (DDW) May 9, 2011, in Chicago (IL, USA). DDW is the largest international gathering of physicians, researchers, and academics in the fields of gastroenterology, hepatology, endoscopy, and gastrointestinal surgery.
Related Links:
Memorial Sloan-Kettering Cancer Center
Source : http://www.biotechdaily.com/?option=com_article&Itemid=294735250&cat=Therapeutics&ui=1960157264&vrf=2e5e5bfeac168ddcf9fcaffa762c5af6&end=%2520
Tiga Tahun Lagi, Indonesia Yakin Lepas dari Impor Sapi
Jumat, 8 Januari 2016 Program sapi unggulan berhasil dikembangkan. VIVA.co.id - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerjasa...
-
Minggu, 6 Desember 2015 11:29 WIB | 7.064 Views Buah persik. (Pixabay/Hans) Kunming (ANTARA News) - Penelitian fosil biji persik men...
-
MEDAN, JUMAT - Peneliti Universitas Sumatera Utara, Basuki Wirjosentono, mengenalkan plastik ramah berbahan hasil samping minyak sawit menta...
-
Oleh Cardiyan HIS Kalah dalam kuantiti publikasi di jurnal tetapi menang dalam kualiti publikasi. Tanya kenapa? Karena ITB yang merupakan re...